Setelah Gempa Nepal, Gunung Everest Diperkirakan Menyusut

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Rabu, 25 Jan 2017 21:19 WIB
Gunung tertinggi di dunia itu diperkirakan memendek setelah terjadi gempa di Nepal yang berkekuatan 7,8 skala Richter pada 2015.
Gunung Everest. (REUTERS/Navesh Chitrakar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gunung tertinggi di dunia, Everest, diperkirakan mengalami penyusutan setelah terjadi bencana alam gempa bumi dengan kekuatan 7,8 skala Richter di Nepal pada 2015.

Dilansir dari CNN pada Rabu (25/1), saat ini sejumlah peneliti dari India sedang melakukan pengecekan dari hasil pemantauan satelit.


“Pengecekan ketinggian Gunung Everest terakhir kali dilakukan oleh pemerintah pada 32 tahun yang lalu,” kata salah satu peneliti, Swarna Subba Rao.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, tercatat kalau gunung tersebut memiliki ketinggian sekitar 8.848 meter.

“Pengukuran ketinggian hanya akan berlangsung beberapa hari. Namun, persiapannya harus dilakukan minimal enam bulan sebelumnya. Kami juga harus mengecek keadaan cuaca di sana,” ujar Rao.

Puncak Everest berada di perbatasan antara Tibet, Nepal, Beijing, dan Kathmandu. Sejumlah pihak terkait, seperti peneliti namun juga pemerintah di kawasan tersebut, akan dilibatkan dalam penelitian ini.


“Bergabung dalam penelitian seperti ini merupakan sebuah kehormatan,” kata salah satu peneliti dari Nepal, Suresh Man Shrestha.

“Ini adalah kesempatan untuk berbagi wawasan dan pengalaman antar sesama peneliti. Jadi, banyak sekali pihak yang ingin bergabung untuk ikut meneliti,” lanjutnya.

Kelompok peneliti dari China pernah melakukan pengukuran ketinggian pada 2005, kata Shrestha. Namun, karena belum mendapatkan izin dari pemerintah Nepal, maka penelitian itu tidak dianggap resmi.

Dari penelitian tersebut diketahui kalau Everest memiliki ketinggian 8.844 meter.

“Peneliti merasa kalau guncangan gempa membuat lempengan tektonik yang berada di bawahnya bergeser, sehingga membuat ketinggiannya berubah,” ujar Shrestha.

Peneliti dari India akan menggunakan teknologi GPS dan metode triangulasi untuk mengukur ketinggian. Penelitian ini diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar US$800 ribu (sekitar Rp10,6 miliar).


“Kami akan menempatkan GPS mulai dari kaki sampai puncak gunung. Tapi, kondisi cuaca sangat memengaruhi penerimaan sinyal tersebut,” kata Shrestha.

Sinyal GPS akan dipantau peneliti selama 5-6 minggu dan untuk “menerjemahkannya” dibutuhkan waktu lebih lama lagi.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER