Jalan Panjang Mencari Cinta yang 'Berbeda'

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Selasa, 14 Feb 2017 09:13 WIB
Ketertarikan seksual 'berbeda' yang dialami oleh kelompok LGBT dalam mencari cinta tidak jarang disertai jalan berliku dan perjuangan berat.
Ilustrasi: Ketertarikan seksual 'berbeda' yang dialami oleh kelompok LGBT dalam mencari cinta kadang harus berisi 'drama' dan banyak rintangan. (REUTERS/Bruno Domingos)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah kesibukannya sebagai fotografer, Budi -bukan nama asli- sebenarnya tengah direpotkan serangkaian dokumen untuk pernikahannya di Belanda dengan pria idamannya. Ya, Budi memang penyuka sesama jenis atau yang lebih akrab disebut gay.

Budi bercerita kepada CNNIndonesia.com di tengah urusan bisnis yang ia lakukan di Bangkok, Thailand, beberapa waktu lalu. Dia dengan terbuka mengisahkan jalan panjang yang ia lalui, hanya untuk menemukan cinta yang berbeda dengan kebanyakan orang.

"Sebenarnya agak telat ketika saya mengakui saya ini gay," kata Budi mengawali perbincangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jangankan curhat, dahulu ketika saya masih remaja, mengaku ke diri sendiri saja tidak berani," sebutnya.

Seperti kebanyakan gay lainnya, Budi juga mengalami masa penyangkalan identitas saat masa pubertas. Ia, dengan jenis kelamin laki-laki yang dimiliki sejak lahir, meyakini saat itu ketertarikannya dengan sesama jenis adalah sebuah ketidaklaziman.

Terlahir sebagai seorang laki-laki yang tidak se-maskulin teman-teman sebayanya di Aceh, Budi kerap mendapat cercaan. Kata 'bencong' sudah biasa mampir ke telinga Budi saat remaja, apalagi di lingkungan keluarga dan pergaulannya yang religius.
Ilustrasi: Ledekan dan cacian kepada anak dengan perilaku yang tidak umum sesuai gendernya, kerap membuat anak tersebut tertekan. Ilustrasi: Ledekan dan cacian kepada anak dengan perilaku yang tidak umum sesuai gendernya, kerap membuat anak tersebut tertekan. (dok. Unsplash/Pixabay)
"Saya dahulu bertingkah selayaknya (orang) heteroseksual. Namun kalau ada (pria) yang cakep, saya berkata ke diri sendiri "ini salah, ini salah". Dan itu sakit sih sebenarnya," ujar Budi. "Setiap malam, saya berdoa dalam salat bahkan hingga ketiduran di atas sajadah karena mencoba untuk sembuh. Saya tidak punya teman untuk membicarakan ini."

Selain itu, dia juga mengaku pernah mencoba untuk menyukai lawan jenis. Bahkan menjalin hubungan romantis. 

"Saya juga pernah mencoba berpacaran dengan wanita, namun rasanya seperti menjalin hubungan dengan kakak sendiri. Kan tidak mungkin macarin kakak sendiri," tuturnya.

Kepindahan Budi ke Medan pada 2004, membuat ia menemukan dan kenal komunitas lesbian, gaya, biseksual, dan transgender (LGBT). Untuk kali pertama, Budi tidak merasa sendirian di dunia ini.

Hanya Karena Orientasi Seksual

Meski mengaku tidak sampai merasakan diskriminasi hingga dalam bentuk fisik, namun Budi mengakui bahwa perlakuan tidak menyenangkan masih jadi langganan komunitas LGBT di Indonesia.

Makian 'bencong' atau sebutan lainnya hanya sebagian kecil bentuk diskriminasi masyarakat kepada kelompok marjinal ini. Bahkan, tidak sedikit yang harus terluka hingga terancam nyawa hanya karena masalah 'orientasi seksual'.

Hanya Karena Orientasi Seksual

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER