Jakarta, CNN Indonesia -- Industri pariwisata sering disebut sebagai tolak ukur stabilitas suatu negara. Sudah pasti kalau keamanan dan kenyamanan menjadi hal yang paling diutamakan dalam promosi pariwisata.
Namun, bukan persoalan mudah untuk “menjual” hal tersebut. Kementerian dan badan pariwisata suatu negara terkadang seakan harus jatuh bangun dalam melakukannya.
Jika salah langkah, citra negara akan tercoreng.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa tahun belakangan ini, persaingan promosi pariwisata antar negara semakin menggila.
Kalimat semboyan yang diusung pun dibuat semenarik mungkin, seperti ‘Where the Bloody Hell are You?’ milik Australia dan ‘100% Pure’ milik Selandia Baru.
Belum lama ini, wisatawan dibuat menoleh ke Lithuania, salah satu negara di kawasan Eropa Utara, setelah badan pariwisatanya mengusung semboyan ‘Real is Beautiful’ sebagai bentuk promosi.
Negara yang berbatasan dengan Latvia, Belarusia, Polandia dan Laut Baltik ini memang memiliki alam yang indah dan sejarah yang kaya.
Semboyan ‘Real is Beautiful’ pun disiarkan melalui unggahan foto di media sosial.
Banyak wisatawan yang kagum dengan pemandangan negara beribukota Vilnius itu, sebelum akhirnya sadar kalau foto yang diunggah bukanlah foto asli.
Badan Pariwisata Lithuania yang diketuai oleh Jurgita Kazlauskiene malah mengunggah foto pemandangan negara-negara di kawasan Nordik, seperti Swedia, Denmark dan Norwegia.
Merasa telah berbuat kesalahan, akhirnya Badan Pariwisata Lithuania menyatakan permohonan maaf.
Bahkan, Kazlauskiene juga menyatakan mundur dari jabatannya, seperti yang dilansir dari
NZ Herald pada Selasa (14/2).
Promosi pariwisata Lithuania bukan satu-satunya promosi yang “salah sasaran”.
Sebelumnya pada tahun lalu, Badan Pariwisata Swedia melakukan promosi dalam program ‘The Swedish Number’, di mana calon wisatawan bisa menelepon penduduk Swedia secara acak untuk mencari informasi mengenai negara tersebut.
Bukannya mengenai pariwisata, banyak orang iseng yang malah mengerjai penduduk Swedia, mulai dari bertanya mengenai krisis imigran sampai seks.
Di tahun yang sama, Badan Pariwisata Suriah juga mendapat kritik setelah merilis video promosi “wisata perang” di Aleppo dengan lagu tema serial televisi ‘Game of Thrones’.
Semakin ironis, semboyan mereka untuk berpromosi adalah ‘Aleppo: Will of Life’.
(ard)