Jakarta, CNN Indonesia -- Hidup Natasha Mannuela Hakim berubah setelah dirinya terpilih menjadi Miss Indonesia 2016. Acha -panggilan akrab Natasha Mannuela- mengaku tak menyangka dirinya bisa memenangkan salah satu kompetisi kecantikan di Indonesia tersebut.
Dari seorang mahasiswi biasa, Acha pun menjelma menjadi seorang
public figure. Berbagai kegiatan pun dilakukan demi menuntaskan tanggung jawab yang disandangnya sebagai salah satu wajah Indonesia.
Salah satu tugasnya adalah mewakili Indonesia di ajang kompetisi kecantikan dunia, Miss World.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di ajang dunia tersebut, perempuan kelahiran Belinyu, 9 Mei 1994 ini menjalani karantina selama delapan bulan. Ada suka duka yang dirasakannya selama karantina.
Namun, semuanya berbuah manis karena perempuan yang kini tinggal di Bekasi ini meraih sejumlah pencapaian di Miss World, di antaranya
runner-up ke-dua Miss World 2016, Miss World Asia,
Beauty with a Purpose,
runner up pertama top model, dan
runner up dua multimedia award.
Saat berkunjung ke
CNNIndonesia.com. Acha pun menceritakan semua pengalaman dan suka dukanya sebagai Miss Indonesia dan Miss World. Tak ketinggalan, dia juga berkisah tentang pelajaran yang dipetik dari kontes kecantikan yang mengubah hidupnya.
 Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma |
Sangat banyak, karena awalnya saya bukan orang yang aktif di dunia hiburan dan model. Saya hanya kuliah biasa, seorang mahasiswi.
Tapi, saat jadi Miss Indonesia terasa jadi publik figur. Kalau dulu sangat jaga privacy, sekarang banyak dilihat orang. Kalau posting sekarang dilihat orang. Tapi, saya harus bisa adaptasi cepat dengan perubahan yang ada. Harus terbiasa bicara di depan umum, dan kegiatan harian makin padat dibanding mahasiswi biasa. Tapi yang saya rasakan semua ini perubahan yang positif.
Perubahan apa yang udah dilakukan untuk Indonesia?
Di Miss Indonesia, kami juga fokus untuk Miss World dan melakukan yang terbaik.
Saya ke sana bukan hanya bawa nama sendiri tapi juga Indonesia. Puji Tuhan bisa mengharumkan nama Indonesia. Kalau untuk dampak sosialnya, saya selama empat bulan ada proyek sosial untuk fokus ke edukasi di Bantar Gebang, Bekasi. Melihat anak kecil di sana sudah memulung, dan kalau tidak dihentikan mereka bisa terus-terusan seperti itu.
Berpikir balik lagi ke kita, apa yang bisa kita kasih. Fokus untuk kasih edukasi ke mereka dan berusaha untuk membangkitkan mimpi mereka dengan buat buku mimpi. Sedangkan orang tuanya, karena saya belajar bisnis, diajarkan untuk wirausaha lele dan abon lele. Proyeknya juga untuk memperbaiki sekolahan.
Tapi, menurut saya yang jadi kesuksesan besar adalah saat ibu-ibu di sana bilang,"Mbak Acha kalau nanti mba sudah nggak ada di sini, kami sudah bisa buat (abon lele sendiri)."
Setelah tidak lagi jadi Miss Indonesia masih mau tetap di proyek sosial ini?
Pasti. Karena mereka tinggalnya dekat dengan rumah saya. Kemarin sempat ke sekolah itu lagi, saay bertemu pengurusnya. Mereka bilang,"Teh Acha nanti tetap ke sini ya, tetap keep in touch dan mengajar di sini."
Sebelum terlibat proyek ini, saya juga sudah aktif di kegiatan sosial di Bekasi. Karena aku berpikir kalau ditempatkan di Bekasi maka harus punya dampak besar untuk Bekasi. Saya harus bisa jadi berkat untuk sesama, setidaknya lingkungan terdekat dulu.
Saat di Miss World, gemas nggak tinggal sedikit lagi bisa jadi Miss World tapi harus terhenti?
Gemas juga sih (tertawa). Tapi, ini aku sadar ini berkat dan karunia Tuhan.
Semuanya pasti punya target, kalo bisa sama atau lebih (dari tahun sebelumnya). Tapi, saat di sana itu berat kompetisinya. Ada 117 negara dan mereka semua bertalenta. Saya belajar untuk yang terbaik dan berserah sama Tuhan. Ini sulit tapi ini bukan tentang saya saja, juga buat Indonesia. Kalau bawa nama sendiri saja mungkin saya sudah menyerah di tengah jalan.
Mungkin memang performanya kurang, cuma saya nggak pernah menyesali itu karena aku merasa sudah merasa memberi yang terbaik. Gemas, tanggung, tapi ini yang terbaik.
Seberapa mendebarkannya saat grand final?
Situasinya ramai sekali. Pendukung dari berbagai negara teriak dukung negara masing-masing. Ada juri juga di depan.
Selain itu penjuriannya juga berbeda dengan tahun sebelumnya, apalagi di pertanyaan finalnya. Itu random question dan kami tidak tahu pertanyaannya sampai hari H.
Dulu pertanyaannya di final ditanyakan: "Kenapa mau jadi Miss World?". Saya sudah siapkan jawaban, dan saya yakin semuanya begitu sih. Selama karantina juga banyak acara yang berubah. Itu sangat menegangkan, apalagi dengan tempat yang ramai, dan semua penonton riuh memberi dukungan pada kontestannya masing-masing.
Bagaimana dengan pendukung Indonesia?
Sangat baik, supportif sekali. Kalo aku bagi postingan foto, mereka kirim komen yang baik dan mendukung.
Walau saya kalah di fast track talent, mereka mendukung, walau saya tahu mereka juga kecewa, tapi mereka tetap dukung dan memberi semangat.
Pendukung paling ramai?
Yang paling ramai pendukunganya, Filipina dan Thailand Karena mereka 'gila' pageant.
Sempat merasa terintimidasi?
Tidak sih, saat aku pergi ke sana saya memang niatnya untuk belajar sebanyak-banyaknya. Selain tentunya ingin kompetisi untuk Indonesia. Ini kesempatan luar biasa, bisa belajar apa yang baik dari mereka (kontestan lain).
Semua di sana teman, dan saya semangat banget untuk bisa bertemu mereka. Sebelum bertemu, sudah bikin grup WhatsApp, ngobrol, jadi pas di sana sudah tidak kenal-kenalan lagi, tapi langsung akrab.
Banyak yang berpikiran kalau beauty pageant itu kaya perempuan yang cantik aja. Setujukah?
Saya tidak setuju, yang namanya cantik itu relatif, dan tidak ada tolak ukur untuk kecantikan. Di pageant itu yang dilihat adalah attitude, woman of grace. Mencari perempuan yang bisa menempatkan diri, menginspirasi dari kata dan tindakan.
Buat saya yang paling penting adalah attitude, karena penampilan dan keahlian itu bisa dipelajari. Yang penting adalah value perempuan itu sendiri, yang menghargai diri sendiri dan orang lain. Itu yang saya pelajari.
Jadi Miss Indonesia adalah cita-cita masa kecil?
Tidak pernah bayangkan sebelumnya, tapi saya senang menonton top model sama ajang kontes kecantikan. Pernah sampaikan sama mama,"Seru juga keliatannya ya Ma." Karena kelihatannya mereka semua cantik, pakai baju seperti putri, dan belajar banyak hal. Seperti cita-cita terpendam, waktu di kampus ada audisi Miss Indonesia aku langsung daftar.
Kalau sudah tidak menjabat, apa yang paling dikangenin?
Kangen semuanya. Kangen masa-masa di mana kami bersama-sama berjuang untuk Indonesia.
Karena aku berusaha mengatur waktu dan invest waktu untuk semuanya. Saat itu kuliah, lalu menjabat, skripsi, lulus, dan juga karantina ke Miss World.
Saya sudah lulus tahun lalu, tapi tidak bisa ikut wisuda karena sedang karantina. Sedih sih, tapi akhirnya foto sendiri pakai toga. Setidaknya punya foto wisuda (tertawa).