Sangat banyak, karena awalnya saya bukan orang yang aktif di dunia hiburan dan model. Saya hanya kuliah biasa, seorang mahasiswi.
Tapi, saat jadi Miss Indonesia terasa jadi publik figur. Kalau dulu sangat jaga
privacy, sekarang banyak dilihat orang. Kalau
posting sekarang dilihat orang. Tapi, saya harus bisa adaptasi cepat dengan perubahan yang ada. Harus terbiasa bicara di depan umum, dan kegiatan harian makin padat dibanding mahasiswi biasa. Tapi yang saya rasakan semua ini perubahan yang positif.
Perubahan apa yang udah dilakukan untuk Indonesia?Di Miss Indonesia, kami juga fokus untuk Miss World dan melakukan yang terbaik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya ke sana bukan hanya bawa nama sendiri tapi juga Indonesia. Puji Tuhan bisa mengharumkan nama Indonesia. Kalau untuk dampak sosialnya, saya selama empat bulan ada proyek sosial untuk fokus ke edukasi di Bantar Gebang, Bekasi. Melihat anak kecil di sana sudah memulung, dan kalau tidak dihentikan mereka bisa terus-terusan seperti itu.
Berpikir balik lagi ke kita, apa yang bisa kita kasih. Fokus untuk kasih edukasi ke mereka dan berusaha untuk membangkitkan mimpi mereka dengan buat buku mimpi. Sedangkan orang tuanya, karena saya belajar bisnis, diajarkan untuk wirausaha lele dan abon lele. Proyeknya juga untuk memperbaiki sekolahan.
Tapi, menurut saya yang jadi kesuksesan besar adalah saat ibu-ibu di sana bilang,"Mbak Acha kalau nanti mba sudah nggak ada di sini, kami sudah bisa buat (abon lele sendiri)."
Setelah tidak lagi jadi Miss Indonesia masih mau tetap di proyek sosial ini?Pasti. Karena mereka tinggalnya dekat dengan rumah saya. Kemarin sempat ke sekolah itu lagi, saay bertemu pengurusnya. Mereka bilang,"Teh Acha nanti tetap ke sini ya, tetap
keep in touch dan mengajar di sini."
Sebelum terlibat proyek ini, saya juga sudah aktif di kegiatan sosial di Bekasi. Karena aku berpikir kalau ditempatkan di Bekasi maka harus punya dampak besar untuk Bekasi. Saya harus bisa jadi berkat untuk sesama, setidaknya lingkungan terdekat dulu.
Saat di Miss World, gemas nggak tinggal sedikit lagi bisa jadi Miss World tapi harus terhenti?Gemas juga sih (tertawa). Tapi, ini aku sadar ini berkat dan karunia Tuhan.
Semuanya pasti punya target, kalo bisa sama atau lebih (dari tahun sebelumnya). Tapi, saat di sana itu berat kompetisinya. Ada 117 negara dan mereka semua bertalenta. Saya belajar untuk yang terbaik dan berserah sama Tuhan. Ini sulit tapi ini bukan tentang saya saja, juga buat Indonesia. Kalau bawa nama sendiri saja mungkin saya sudah menyerah di tengah jalan.
Mungkin memang performanya kurang, cuma saya nggak pernah menyesali itu karena aku merasa sudah merasa memberi yang terbaik. Gemas, tanggung, tapi ini yang terbaik.
Seberapa mendebarkannya saat grand final?Situasinya ramai sekali. Pendukung dari berbagai negara teriak dukung negara masing-masing. Ada juri juga di depan.
Selain itu penjuriannya juga berbeda dengan tahun sebelumnya, apalagi di pertanyaan finalnya. Itu
random question dan kami tidak tahu pertanyaannya sampai hari H.
Dulu pertanyaannya di final ditanyakan: "Kenapa mau jadi Miss World?". Saya sudah siapkan jawaban, dan saya yakin semuanya begitu
sih. Selama karantina juga banyak acara yang berubah. Itu sangat menegangkan, apalagi dengan tempat yang ramai, dan semua penonton riuh memberi dukungan pada kontestannya masing-masing.