Jakarta, CNN Indonesia -- Allergan plc (AGN.N) mengumumkan jika botox berdosisi tinggi gagal menunjukkan kemajuan signifikan untuk mengobati depresi tahap pertengahan. Namun, dari penelitian ini, ada data menggembirakan yang cukup kuat untuk penelitian dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Produsen obat ini menyebutkan hasil penggunaan botox dosis lebih kecil terlihat mendekati efek obat antidepressants tradisional yang dijual di pasaran. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya dimana percobaan sama dilakukan oleh tim peneliti independen.
“Kami optimis dengan data ini dan potensi pengaruhnya pada orang-orang dewasa yang mengalami gangguan depresi akut. Kami berencana untuk melanjutkan penelitian ini ke program tahap ke-3 dalam mencari pilihan potensial pengobatan baru bagi pasien,” ujar David Nicholson, pemimpin penelitian di Allergan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau fungsi Botox lebih dikenal sebagai penghapus kerutan wajah dan diperkirakan memberi keuntungan $2,78 juta dollar di tahun 2016 untuk perusahaan, perusahaan farmasi yang bermarkas pusat di Dublin dan New Jersey ini terus mengetes botox untuk pengobatan medis lainnya.
Di antara pengobatan yang sudah mendapat persetujuan medis itu adalah pengobatan untuk migraine kronis, kandung kemih yang terlalu aktif, keringat berlebih di underarm, kedutan di kelopak mata dan spastisitas tungkai.
Botox, yang dilakukan melalui serangkaian suntik di wajah, memang gagal mencapai target untuk mengobati depresi. Kegagalan ini diketahui setelah penelitian berjalan di minggu ke-6 yang dilakukan di Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (MADRS).
Dalam penelitian, ada 258 pasien yang terlibat. Botox diberikan pada wanita dewasa yang mengalami gangguan depresi tingkat parah. Mereka yang mendapat suntikan botox dengan dosis 30 Unit menunjukkan hasil 3,6 point di minggu ke-6. Sedangkan yang mendapat suntikan berdosis 50 unit gagal menunjukkan perbedaan dari plasebo. Walaupun berbeda, konsumsi kedua dosis ini masih dalam taraf toleransi bagi pasien.
Perusahaan obat yang sebelumnya bernama Actavis, Plc ini percaya dengan memodifikasi ekspresi wajah dan kontraksi otot melalui suntikan Botox, akan ada modifikasi sirkuit otak yang biasa bekerja saat orang alami depresi.
Dalam mendesain tahap percobaan lanjutan, Mitchel Brin, pemimpin tim peneliti botox di Allergan berharap bisa mengotrol efek plasebo yang biasa dialami oleh penderita depresi dan bisa menunjukkan hasil yang lebih signifikan setelah kegagalan ini.
(sys)