Fenomena Turis Pengemis Melanda Negara Asia

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Kamis, 13 Apr 2017 16:54 WIB
Mereka memilih Asia sebagai tujuan, karena dianggap lebih murah. Namun, di tengah jalan mereka mengaku kehabisan uang.
Ilustrasi. (Unsplash/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Melakukan perjalanan wisata tidaklah mahal, tergantung dengan konsep perjalanan yang dipilih. Salah satu konsep perjalanan yang populer ialah dengan hanya menyandang ransel. Wisatawan yang melakukannya disebut 'backpackers'.

Para backpackers kebanyakan berasal dari Amerika dan Eropa. Mereka memilih Asia sebagai tujuan, karena dianggap lebih murah. Namun, belakangan ini banyak ditemui backpackers yang kehabisan uang lalu menjadi gelandangan di jalanan.

Media yang pertama kali memberitakannya, Daily Mail, menyebutkan bahwa fenomena 'beg-packers' atau backpackers yang meminta-minta, banyak terlihat di Malaysia, Hong Kong, Thailand, Singapura dan Vietnam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sambil duduk di trotoar, mereka melakukan berbagai hal untuk mendapatkan uang, mulai dari bernyanyi, sulap, atau menjual foto perjalanan wisata.

“Kami telah kehabisan uang untuk melakukan perjalanan ke Asia. Tolong bantu kami meneruskan perjalanan ini,” tulis mereka melalui kertas yang dipajang.

Pemandangan itu tentu saja membuat penduduk Asia heran, karena tak mengira ada “orang kulit putih” yang bisa juga menjadi gelandangan.

Apalagi saat mengamen, mereka masih bisa membawa kamera atau alat musik mahal.

“Dua bulan lalu saya melihatnya di kawasan Sword Lake. Tentu saja saya merasa terkejut, karena mereka biasanya memiliki banyak uang, bahkan untuk seorang backpackers,” kata Luong, salah satu penduduk Vietnam ketika dihubungi oleh CNNIndonesia.com pada Kamis (13/4).

“Padahal, berwisata di Vietnam tidaklah mahal. Mereka tak perlu sampai kehabisan uang untuk menyewa hotel, makan dan berjalan-jalan di sini,” lanjutnya.



Tak hanya Luong, penduduk di Singapura juga merasa heran dengan pemandangan tersebut. Apalagi diketahui, orang asing yang melakukan pekerjaan di negara lain wajib memiliki visa khusus.

Dikutip dari News.com.au, salah satu penduduk Singapura, Maisarah Abu Samah, mengungkapkan keheranannya di Twitter.

“APA YANG TERJADI???” tulisnya, sambil mengunggah foto backpackers yang sedang duduk sambil menjual foto perjalanan mereka.

Saat diwawancarai oleh France 24 Observers, Maisarah mengatakan kalau hal yang dilakukan beg-packers “bukanlah hal yang terhormat”.

“Ada banyak orang yang mengemis untuk kebutuhan hidupnya, seperti membeli makanan atau membayar uang sekolah anaknya. Tapi mereka melakukannya untuk perjalanan wisata, yang terasa mewah,” ujar Maisarah.

Rencanakan keuangan

Kamil, penduduk Polandia yang sedang berkeliling Indonesia, berpendapat kalau mereka yang melakukan hal tersebut tak memiliki perencanaan keuangan yang tepat saat berwisata.

Baginya, memiliki uang simpanan yang digunakan untuk datang dan pulang dari suatu negara merupakan hal yang wajib dilakukan.

“Saya selalu menyimpan uang sebesar US$1000 untuk pulang ke rumah. Uang itu saya simpan secara khusus dan tak akan saya gunakan, walau saya termasuk yang boros saat berada di suatu tempat,” kata Kamil, saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com.

“Saya juga masih memiliki pekerjaan tetap yang bisa dilakukan di mana saja. Dengan gaji, saya juga bisa menyisihkan uang untuk berwisata, jadi tak perlu mengemis. Dan saya rasa, saya terlalu tua untuk mengemis,” lanjutnya sambil tertawa.



Tidak sedikit penduduk Asia yang merasa khawatir dengan fenomena beg-packers ini. Luong mengatakan kalau pemerintah Vietnam belum melakukan tindakan, karena jumlah mereka belum terlalu banyak.

“Hak istimewa kepada orang kulit putih masih terasa di sini. Tak hanya mengemis, mereka juga sering dibiarkan saat mengendarai motor tanpa helm. Mungkin pemerintah mengira mereka hanya tinggal sesaat di sini,” kata Luong.



Aksi “menghalalkan” segala cara untuk berwisata bukanlah yang pertama ini yang terjadi.

Sebelumnya, pada Februari, seorang wanita bernama Becca Gronski sempat dikritik netizen, karena melakukan kampanye pengumpulan uang melalui situs GoFundMe untuk perjalanan wisatanya.

Dalam kampanyenya itu, ia berharap mendapatkan sumbangan sebesar US$10.000 untuk mendanai “perjalanan spiritual keliling dunia.”

Dan pada April, seorang pria bernama Benjamin Holst, telah ditolak masuk ke Singapura, karena telah diketahui memanfaatkan penyakit kakinya untuk mengemis di Bangkok, Manila, Kuala Lumpur dan Bali.

Pria asal Jerman itu mengemis sambil memajang kakinya yang bengkak, namun malah memanfaatkan uang belas kasihan orang-orang untuk berpesta.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER