Jakarta, CNN Indonesia -- Insiden di kawasan wisata panas bumi kerap terjadi karena faktor kelalaian manusia maupun faktor alam. Jika tidak waspada, wisatawan bisa menjadi korban keganasan alam yang tersembunyi di objek wisata tersebut.
Patricia Erfurt-Cooper, dosen mata kuliah perencanaan pariwisata di Universitas Ritsumeikan Asia Pacific Jepang menuturkan belum ada standar keamanan internasional yang berlaku di kawasan wisata yang biasanya berada di kaki pegunungan berapi itu.
"Tantangan terbesar saat ini adalah merumuskan standar baku keamanan, yang berlaku untuk setiap ukuran gunung berapi, jenis gunung tersebut, sampai kendala bahasa untuk membaca papan peringatan," kata Erfurt-Cooper, dikutip dari
Earth Magazine, Selasa (4/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Erfurt-Cooper mengakui pernah mengikuti konvensi International Cities on Volcanoes ke-enam di Tenerife, Spanyol pada 2010 lalu. Secara garis besar, konvensi tersebut memberikan sejumlah tips untuk meminimalisir risiko menjadi korban semburan lumpur panas atau terpapar gas beracun seperti yang terjadi di Kawah Sileri di Dieng, Jawa Tengah yang meletus pada Minggu (2/7) kemarin.
1. Tingkat keramaian objek wisata panas bumiPopularitas suatu kawasan wisata panas bumi akan memancing banyak wisatawan untuk datang. Semakin padat kawasan tersebut oleh pengunjung, maka risiko akan semakin besar.
"Jika jumlah wisatawan terlalu banyak, maka ancaman bahaya akan semakin besar. Akan lebih mudah bagi para penjaga kawasan tersebut untuk mengkoordinir sekelompok kecil wisatawan," kata Tobias Schorr, seorang pemandu wisata sekaligus fotografer majalah Volcano Discovery terbitan Troisdorf, Jerman.
 Para wisatawan tengah berfoto dengan latar belakang gunung berapi Ontake di Jepang. (Kyodo) |
Ia melanjutkan, jumlah turis yang bisa dikawal oleh seorang pemandu wisata untuk masuk kawasan panas bumi maksimal 20 orang saja.
"Kalau jumlahnya ratusan, jelas berbahaya," tegasnya.
2. Pelajari karakteristik pegunungan berapi Mungkin terdengar berlebihan, namun dengan mempelajari karakter dari pegunungan berapi yang akan dikunjungi maka hal tersebut bisa menghindarkan wisatawan dari bahaya. Atau cara paling mudah adalah dengan menyewa pemandu wisata lokal yang sudah paham karakter gunung tersebut.
"Insiden terbanyak terjadi pada kelompok wisatawan yang tidak didampingi pemandu wisata," kata Schorr.
Ia menuturkan, idealnya setiap wisatawan yang masuk ke kawasan wisata panas bumi harus menggunakan sepatu yang aman. Pemandu wisata juga harus mempersiapkan masker gas dan helm pelindung untuk wisatawan, jika sewaktu-waktu terjadi letusan.
3. Bahaya ErupsiJika berkunjung ke beberapa objek wisata panas bumi di pegunungan berapi yang berbahaya, pahami juga jika erupsi bisa terjadi sewaktu-waktu.
 Erupsi di pegunungan berapi bisa terjadi sewaktu-waktu. Sehingga menuntut kewaspadaan para wisatawan. (ANTARA FOTO/Umarul Faruq) |
"Semua gunung berapi bisa erupsi sewaktu-waktu, saat wisatawan tidak memperoleh peringatan apapun," kata Erfurt-Cooper.