10.30 - Pelajaran PertamaSaya berkesempatan untuk berbincang dengan Yannick di dalam bus mengenai pengalamannya mengajar ski. Ia mengaku sudah bermain ski sejak usianya dua tahun dan gemar meluncur dari lereng terjal beberapa kali.
Bahkan, ia pernah bercerita tentang pengalamannya meluncur dari puncak yang tinggi, di mana untuk menuju ke sana ia perlu naik helikopter. "Dan saya lompat dari helikopter layaknya James Bond," kelakarnya. Obsesi Yannick untuk menjadi tokoh ciptaan Ian Fleming itu nampaknya sudah dalam tingkatan akut. Hanya saja, ia mengaku tak dikelilingi wanita cantik layaknya James Bond yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai guyonan itu harus terhenti lantaran bus sudah tiba di espace debutants. Sebetulnya, saya agak sedikit kecewa melihat kontur lapangan yang cukup rata. Sebab, saya sebetulnya tidak sabar untuk langsung meluncur dari lereng. Namun, Yannick bilang ada baiknya kami mempelajari teknik dasarnya terlebih dulu. Ia bilang, semua orang harus mulai dari nol sebelum menuju ke angka satu.
 Lokasi latihan ski. (CNN Indonesia/Galih Gumelar) |
Ia mengajari caranya memasang sepatu dan cara berjalan menggunakan peralatan ski. Kemudian, Yannick juga mencontohkan cara berselancar menggunakan sepatu ski yang sepertinya terlihat mudah. Sayangnya, saya salah besar.
Bermain ski tak sekadar menggesek-gesekkan sepatu di atas es. Ternyata dibutuhkan keseimbangan yang prima agar tak gampang jatuh. Bayangkan jika saya langsung minta turun dari lereng, saya bisa terjatuh dan menggelinding hingga desa terdekat.
Tak hanya meluncur, Yannick juga mengajari saya cara mengontrol kecepatan dan mengentikan laju sepatu. Perlu diingat bahwa permukaan es sangat licin, sehingga dibutuhkan upaya ekstra untuk bisa mengerem kaki sendiri.
Sesi pertama pelajaran ski berakhir pukul 12.00. Setelah ini, saya masih perlu menghadiri sesi kedua yang dijadwalkan pukul 14.00.
14.00 - Sesi KeduaSaya kemudian menghadiri pelajaran ski sesi kedua setelah puas melahap makan siang. Namun, kali ini saya tidak kembali ke espace debutants, melainkan ke tanjakan kecil yang ada di sampingnya. Di sana, Yannick mengajari kami caranya menuruni lereng dengan aman tanpa tergelincir.
Tak perlu khawatir untuk gagal, karena Yannick sendiri berada tepat di bawahnya mengawasi gerak-gerik kami. Saya pribadi cukup bangga dengan diri sendiri lantaran tidak jatuh dan dipuji memiliki keseimbangan tubuh yang baik.
Di tengah-tengah sesi, saya menyempatkan diri untuk bercengkerama dengan pemula lain yang berasal dari beberapa negara. Saya bertemu dengan Sean dari Israel, pemuda berkacamata yang sudah tujuh tahun lamanya tak main ski serta Suzanna, wanita kelahiran Roma yang sudah menetap selama 12 tahun di London.
Kami bertukar pengalaman dan saling memotivasi satu sama lain. Menurut saya, inilah hikmah penting dalam bermain ski, yakni memberikan energi positif bagi diri sendiri.
Selain mengalahkan rasa takut di dalam diri, saya pun dikelilingi orang yang mendorong saya untuk lebih baik. Sungguh, pelajaran ski kali ini cukup hangat di tengah suhu Valmorel yang kala itu sudah mencapai 2 derajat Celsius.