ANALISIS

Karena Boba Tak Pernah 'Mati'

Puput Tripeni Juniman & Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Minggu, 08 Sep 2019 09:44 WIB
Tren minuman berboba telah muncul di Indonesia sejak 2001 lalu. Antusiasme yang sama masih bertahan selama dua dekade berjalan.
Ilustrasi. Minuman berboba ala Taiwan muncul pertama kali di Indonesia pada 2001 lalu. (Istockphoto/Swanya Charoonwatana)
Boba dan minumannya tak cuma menjadi penganan khas asal Taiwan, tapi juga Nusantara. Di Indonesia, sagu mutiara—atau biasa juga dikenal sebagai pacar cina—hadir dengan karakter yang sama seperti boba. Bulat kecil dengan tekstur yang kenyal.

Di balik hiruk pikuk minuman asli Taiwan itu, segelintir muda-mudi Indonesia muncul memperkenalkan bubble drink ala Indonesia. Dengan semangat nasionalis, Goola menghadirkan ragam minuman tradisional dengan topping ‘boba’ Nusantara. 

“Kami ingin membangkitkan minuman tradisional Indonesia,” ujar CEO Goola, Kevin Susanto, partner putra Presiden RI Joko Widodo, Gibran Rakabuming, kepada CNNIndonesia.com.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konsep yang dihadirkan Goola bisa dibilang sama dengan gerai-gerai lainnya. Perbedaan hanya terletak pada fokus Goola terhadap minuman tradisional, bukan bubble tea ala Taiwan. Sebagai boba, kata Kevin, Goola memiliki sagu mutiara sebagaimana yang muncul dalam menu Es Goola Aren.

Inovasi

Boba tak berhenti pada produk minuman. Tak tanggung-tanggung, boba juga hadir pada sederet jenis penganan seperti kue, roti, hingga mi goreng. Food influencer, Synthia Tjipto mengatakan, ‘latah’ ini muncul karena orang Indonesia yang cepat menangkap tren. “Karena hype banget, jadi enggak berhenti di minuman aja,” katanya saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Karena Boba Tak Pernah 'Mati'Ilustrasi. Beberapa gerai kuliner bahkan mencoba menyuntikkan boba ke dalam makanan seperti mi goreng. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)

Sebagai tren, boba terbilang unik. Dia muncul dan tenggelam, namun bertahan dalam waktu yang lama. “Biasanya, kan, [tren] kuliner itu sekali,” ujar pengamat kuliner Arie Parikesit kepada CNNIndonesia.com.

Banyak tren kuliner yang muncul, tapi tak banyak yang bertahan lama seperti boba. Menurut pengamatan Arie, satu dekade adalah waktu paling lama bagi sebuah tren kuliner untuk bertahan. 

Tak mudah bagi satu jenis kuliner untuk menjadi sebuah tren yang bertahan lama. Inovasi jadi kunci. Cita rasa dan konsep pemasaran jadi dua hal yang patut diperhatikan.

Kuliner boba memiliki trik tersendiri untuk ‘mencaplok’ konsumen. Salah satunya adalah gaya hidup milenial yang menjadi sasaran medium pemasaran para pebisnis boba saat ini. Hal ini bisa dilihat dari tampilan segelas bubble tea yang kian instagramable. “Karena [tampilan itu] penting bagi yang suka posting di Instagram atau YouTube sebagai konten,” kata Arie.

Selayaknya tren lain, media sosial mengambil peran dalam mempopulerkan boba saat ini. “Ini mungkin enggak ditemui 10-20 tahun lalu,” katanya.

Urusan cita rasa juga tak dilupakan para peracik bubble tea. Ada cita rasa baru yang dihadirkan setiap gerai. Cita rasa itu akan terus mengikuti tren yang berkembang dengan teh susu sebagai fondasinya. 

Belakangan adalah paduan bubble tea dengan gula aren sebagai pemanis alternatif. Sontak, sejumlah gerai pun beramai-ramai menghadirkan seri khusus brown sugar yang langsung digilai kaum milenial. 

Belum lagi variasi boba yang lebih baru. Jika dulu boba hanya menjual sensasi kenyalnya, kini popping boba mulai mencuri perhatian. Boba jenis satu ini memberikan sensasi meletup-letup di dalam mulut.

Bikin Happy

Selayaknya manusia, kuliner pun hadir lengkap dengan karakternya masing-masing. Bubble tea kerap diasosiasikan dengan nuansa gembira dan ceria. 

“Minuman ini [bubble tea], tuh, seru. Orang-orangnya seru, gerainya warna-warni. Fun, happy,” kata Arie. Hal ini membuat bubble tea diasosiasikan dengan sesuatu yang menyenangkan. Karakter yang dimiliki boba jelas berbeda dengan kopi yang terkesan serius. 

Karena Boba Tak Pernah 'Mati'Ilustrasi. Bubble tea punya karakter khas yang menimbulkan perasaan gembira. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Dengan karakter sedemikian rupa, tak heran jika konsumen bubble tea didominasi oleh remaja hingga dewasa muda. 

“Boba, tuh, pengin yang cheer out your day, gitu,” kata Arie.

Arie memprediksi boba akan terus menjadi tren yang digilai banyak orang dalam jangka waktu yang lebih lama. Boba, baginya, bukan sebuah tren yang sifatnya sementara. Boba, mungkin saja, tak akan pernah ‘mati’. (asr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER