Senin, 9 Maret 2020Hari ini adalah hari pertama dimana saya merasa gentar dengan kekhawatiran COVID19.
Hampir tidak ada orang di kampus, dan saya bekerja sendirian di kantor. Ada beberapa kolega yang datang, tetapi mereka memutuskan untuk kembali sambil menghindari saling sentuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saran yang disebarkan oleh pemerintah Italia sebelumnya tidak digubris, tetapi sekarang terlihat orang-orang mulai berusaha untuk mematuhi anjuran tersebut.
Kami diajak untuk mengurangi kontak seperti berjabat tangan, berpelukan, dan berciuman. Tentu ini adalah hal yang sulit di Italia karena budaya disini cenderung fisik. Orang-orang yang merasa cukup dekat akan saling berpelukan dan mencium pipi satu sama lain.
Anjuran untuk tidak berkumpul di tempat umum juga sangat sulit dilakukan karena minum kopi di bar dan apperitivo merupakan budaya yang sangat lekat sehingga sulit dilepaskan.
Melihat orang-orang menghindari satu sama lain merupakan pengalaman yang tidak biasanya untuk saya setelah tinggal di Italia sejak 3 tahun terakhir.
Di sore hari setelah kampus tutup, saya memutuskan untuk melihat kondisi kota sekali lagi. Benar saja, hari Senin tersebut terasa sangat mencekam. Semua toko dan restoran tutup karena mereka memang disarankan untuk buka hanya sampai jam 6 sore.
Jalan-jalan kosong melompong dan bar-bar yang biasanya menawarkan apperitivo pun kosong. Pasar swalayan masih cukup penuh dengan bahan kebutuhan sehari-hari, paling tidak kami tak akan kelaparan.
Satu hal tidak biasa yang saya perhatikan di pasar swalayan adalah kasir yang tutup dan semua pelanggan diarahkan untuk membayar lewat self check out. Hanya ada 2 karyawan yang membantu pelanggan yang kesulitan, dan mereka juga menggunakan masker.
Hal tersebut juga adalah hal yang baru karena di Italia penggunaan masker hanya disarankan untuk awak medis dan orang-orang yang sudah sakit. Keseriusan wabah COVID19 ini sepertinya mulai merasuk bahkan ke kota terpencil kami.
Selasa, 10 Maret 2020Pagi ini saya dibangunkan dengan kabar perkembangan terbaru: zona merah Italia diberlakukan secara nasional. Kami tidak diperbolehkan keluar dari comune kami tanpa ijin khusus.
Kami mulai dibagikan dokumen dari pemerintah setempat yang harus diisi jika ingin bepergian antar comune.
Kolega-kolega juga memutuskan untuk menaati dekrit nasional tentang tidak keluar rumah jika tidak dibutuhkan, dan terutama untuk tidak bepergian ke luar kota.
Kampus bukan hanya lengang, tetapi hampir kosong. Kami juga dikabarkan bahwa penutupan diperpanjang sampai 3 April, yang berarti semakin banyak kegiatan perkuliahan dan ujian yang terdampak.
Setelah bertukar kabar dengan kolega-kolega lainnya, saya diinformasikan bahwa di supermarket besar ada pembatasan jumlah orang masuk agar ada jarak paling tidak satu meter dengan orang lainnya. Meski demikian, pihak pasar swalayan memastikan agar stok keperluan sehari-hari diisi kembali setiap dua jam agar tidak ada kekurangan.
Saya memutuskan untuk mengunjungi pasar swalayan dekat rumah di perjalanan saya ke kampus dan mendapati sebuah rak yang baru dipasang di depan pintu yang berisi sarung tangan karet dan semprotan alkohol untuk para pengunjung.
Beberapa pelanggan yang saya temui di dalam menggunakan masker dan menjaga jarak satu sama lain.
Kampus juga memasang dispenser gel alkohol di koridor lengkap dengan panduan terakhir dari Kementrian Kesehatan Italia perihal tindakan preventif.
Jam makan siang saya habiskan di kota sembari memantau keadaan sekitar. Walaupun banyak restoran yang masih buka, kebanyakan menyediakan diskon untuk menu makanan siang ditambah dengan layanan antar dadakan untuk mereka yang memutuskan untuk tinggal di rumah.
Masih ada beberapa orang yang lalu lalang di jalanan, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa saya belum pernah melihat Siena sesepi itu.
Di malam hari ketika saya berjalan pulang jalanan terasa lebih sepi lagi. Jika Minggu malam sebelumnya piazza il Campo masih terlihat ada pengunjung, hari ini semuanya kosong melompong. Semua bar dan restoran tutup.
Banchi di Sopra yang merupakan jalanan paling sibuk pun terlihat sangat sepi.
Saya memperhatikan pintu toko-toko yang memadati jalanan dan di sebagian besar ada tulisan yang menjelaskan alasan mereka tutup.
Secara umum ada 3 jenis tanda yang dapat saya lihat. Pertama, bisnis yang memutuskan untuk tutup jam 6 sore sesuai dengan dekrit dari pemerintah.
Kedua, bisnis yang memutuskan untuk tutup dan mempromosikan tagar #iostareacasa (#sayatinggaldirumah) sebagai bentuk solidaritas nasional untuk memperlambat penyebaran COVID19.
Ketiga, bisnis yang memutuskan untuk tetap buka tetapi membatasi jumlah orang agar selalu ada jarak 1 meter antar pengunjung.
Ada juga beberapa bisnis yang tidak menggubris dekrit tersebut dan tetap buka seperti normal, walaupun jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Cukup mengejutkan bahwa di tengah wabah nasional seperti ini, penduduk Siena memutuskan untuk akhirnya mengikuti arahan pemerintah dan mementingkan penanganan COVID19 dibandingkan mata pencaharian mereka.
Ini bukanlah keputusan yang mudah, karena musim dingin yang merupakan low season baru saja berakhir dan bisnis seharusnya mulai merangkak sekarang sebelum kembali seperti biasa setelah paskah.
Rabu, 11 Maret 2020Hari kedua penguncian Italia atas wabah COVID19. Saya mulai terbiasa dengan kehidupan yang baru ini.
Jalan-jalan hampir kosong, tetapi masih ada kehidupan terlihat. Beberapa restoran di dekat kampus masih buka dan mereka juga menyediakan diskon makan siang.
Salah satu kolega memutuskan untuk datang ke kampus karena memang agak sulit untuk mengumpulkan motivasi mengikuti kuliah jarak jauh sendirian di rumah.
Sebelum sesi Skype dimulai, kami pergi ke kafe untuk minum kopi kami pagi itu.
"Tolong jarak 1 meter," kata barista begitu kami memasuki kafe.
Hanya ada 2 orang lainnya di kafe, seorang wanita yang sedang membaca koran dan seorang anak perempuan yang sedang sibuk dengan buku gambarnya di salah satu meja.
Hanya ada tiga meja yang dalam kondisi siap, tetapi mereka tidak ditata karena memang tidak dianjurkan untuk berkumpul di kafe.
Saya memesan macchiato dan kolega saya memesan cappuccino. Hari itu barista tidak berkomentar apa-apa tentang cappuccino yang dipesan rekan saya setelah jam makan siang, meskipun hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran untuk orang Italia.
Ada ketegangan di atmosfer udara yang menyelimuti kami semua sembari menunggu kopi yang sedang dibuat.
Setelah menghabiskan kopi, kami melanjutkan aktifitas di kampus. Kami masih diberhentikan penjaga pintu atau tukang bersih-bersih ketika kami masuk ke kampus, tetapi sepertinya mereka sudah mengingat wajah kami.
Hari berjalan lambat walaupun kami menyadari bahwa hari-hari seperti ini sebenarnya lebih produktif untuk keperluan studi.
Jika biasanya setiap jam ada yang menawarkan kopi, sekarang kami duduk seharian dan hanya diinterupsi makan siang.
Rekan saya menginformasikan bahwa mensa (kantin) juga hanya menyiapkan makanan yang sedang dibungkus yang sudah dia beli dalam perjalanan ke kampus sehingga kami tidak perlu meninggalkan kantor untuk makan siang.
Kuliah lewat Skype dimulai. Tidak mudah melakukan kuliah jarak jauh karena banyak dosen yang tidak terbiasa dengan teknologi sehingga sebagian besar waktu kami dihabiskan di masalah teknis.
Setelah hari yang panjang, saya pulang dan sesampai di rumah saya langsung mengecek ponsel. Ternyata ada berita baru. Giuseppe Conte, perdana menteri Italia, mengumumkan di televisi nasional bahwa mulai keesokan harinya bar dan restoran juga akan tutup. Bisnis yang diperbolehkan buka hanyalah pasar swalayan dan apotek, dan beberapa kebutuhan dasar lainnya.
Kami juga wajib mengisi dokumen semacam affidavit setiap kali keluar rumah. Jika sebelumnya dokumen ini hanya diwajibkan untuk mereka yang akan bepergian antar kota, sekarang bahkan untuk membawa anjing jalan-jalan sore pun kami diminta untuk selalu membawa dokumen tersebut.
Hanya ada 4 alasan yang diijinkan: pergi bekerja, alasan darurat, alasan kesehatan, dan pulang ke domisili.
Kami juga diberikan artikel mengenai panduan yang perlu kami patuhi seperti aturan bahwa berbelanja hanya disarankan satu orang per keluarga, dan detil-detil kecil tentang peraturan baru ini.