Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia
media sosial mau tak mau sedikit berubah semenjak pandemi
virus corona. Netizen memang masih rajin mengunggah foto, video atau sekadar cerita-cerita singkat. Tapi isinya tak lagi pelbagai kegiatan di luar, melainkan lebih banyak soal rumah atau
aktivitas lain di dalamnya.
Kebiasaan '
nongkrong' pun berubah jadi jumpa secara virtual lewat video call, Zoom atau Skype. Hal-hal ini secara tak langsung menampilkan kondisi rumah atau ruangan para pemiliknya. Harus diakui, kondisi '
stay at home' masing-masing orang beda.
Di tengah kondisi tak pasti seperti ini, pikiran pun terpaksa turut tertekan oleh pemandangan indah milik tetangga. Karantina di kos atau kontrakan mungkin tak seindah karantina di rumah yang cukup luas dan bersama keluarga. Kalau tak pandai mengelola, rasa cemburu bisa saja datang dan berubah jadi tekanan. Melelahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut psikolog klinis Roberta Babb, 2020 jadi tahun kecemburuan. Masalah justru datang gara-gara orang enggan mengakui dan menerima rasa cemburu tersebut.
"Kita sudah berpikir bahwa cemburu itu tak normal dan satu hal yang memalukan untuk dialami. Konsekuensinya, rasa cemburu sering ditolak baik di depan publik maupun pribadi," kata Babb mengutip dari
Metro.
Padahal, lanjut dia, rasa cemburu itu normal khususnya di masa seperti ini. Namun rasa cemburu bisa mengakibatkan keinginan untuk membandingkan kondisi sendiri dibanding orang lain sehingga ada perasaan 'kurang' atau pertanyaan 'bagaimana bisa'.
Ada strategi yang bisa diterapkan demi menjaga mental tetap kuat dan belajar menghadapi rasa cemburu.
1. Membangun pola pikir tangguhTangguh, fleksibel, tabah tak cuma soal kemampuan untuk berhadapan dengan situasi sulit tapi juga kemampuan untuk beradaptasi. Konsep adaptasi memusat saat berpikir tentang melawan cemburu saat karantina. Ini karena mendorong orang untuk fokus pada apa yang mereka bisa ubah--yang bisa dilakukan sendiri dan bukan orang lain.
2. Fokus pada diri sendiriPenting untuk tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Rasa cemburu muncul saat Anda melihat diri Anda dalam hubungannya dengan orang lain. Sebaiknya fokus pada diri sendiri dan kembali menyadarkan diri untuk menyeimbangkan kekuatan untuk melawan perasaan rendah diri, sakit, depresi, cemas, marah, rasa bersalah juga kesepian.
3. IkhlasBelajar melepaskan hal-hal yang tidak bermanfaat mungkin terasa berat tetapi ini sangat membebaskan. Sebaiknya pikirkan lagi apa yang dibuat rasa cemburu pada diri Anda. Apakah rasa cemburu membantu Anda mencapai tujuan atau membawa keuntungan?
Mungkin jawabannya tidak. Rasa cemburu hanya membawa pada hidup yang penuh kecemasan, sengsara, dan tidak percaya diri.
4. Latihan penerimaanDalam ajaran Buddhis, ada strategi penerimaan radikal. Kenyataan memang harus diterima bukan dilawan. Mungkin akan menyakitkan buat orang lain yang tidak memiliki apa yang Anda miliki, penerimaan radikal mengajarkan bahwa merasa iri akan situasi orang lain adalah penyebab penderitaan yang lebih besar daripada situasi itu sendiri.
5. Tes realitaPenting untuk diingat bahwa tak ada satu pun orang memiliki segala-galanya walau tampaknya demikian. Lewat lensa kamera, Anda hanya melihat sepotong dunia mereka. Dunia digital memang alat sempurna untuk mengatur kesan positif.
6. Latihan bersyukurBelajar untuk mengakui, menghargai dan bersyukur atas apa yang dimiliki, mau itu besar atau kecil. Ini bisa membangun mentalitas sehat untuk menilai sesuatu secara berbeda dan belajar untuk hidup dan merasa cukup dengan serba kekurangan.
7. Jaga relasiHabiskan waktu dengan orang yang memegang nilai yang sama dengan apa yang Anda yakini. Mereka akan selalu mendukung Anda, bukan menjadikan Anda saingan.
Rayakan keberhasilan orang lain. Ubah rasa iri, cemburu jadi rasa kagum. Saat Anda menikmati kesuksesan orang lain, timbal balik positif ini pun bakal mendatangkan pikiran positif. Anda akan lebih bahagia, rasa cemburu berkurang dan lebih percaya diri.
(els/nma)
[Gambas:Video CNN]