Gara-gara Pandemi, Tie-Dye Diprediksi Jadi Tren Mode 2020

CNN Indonesia
Kamis, 28 Mei 2020 13:18 WIB
Hippie girl with sunglasses and big impish grin.
Ilustrasi. Imbas masa karantina mandiri akibat pandemi Covid-19, tie-dye diprediksi menjadi tren mode pada tahun 2020. (iStockphoto/timsa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tie-dye diprediksi bakal menjadi tren mode ke depan pada tahun 2020 ini. Motif busana penuh warna itu sedang banyak dicari banyak orang.

Tengok saja pencarian di platform media sosial-kreatif Pinterest. Pencarian kata kunci 'tie-dye' meningkat hingga 462 persen dalam beberapa pekan terakhir. Tampaknya banyak orang berusaha menangkal rasa bosan mereka dengan berkreativitas bersama tie-dye.

"Tie-dye adalah tren gaya yang dapat Anda adaptasi sebagai kegiatan DIY [do-it-yourself] di rumah," ujar perwakilan Pinterest, Larkin Brown, mengutip Today.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, kata kunci 'how to crumple tie-dye' atau cara untuk mengerutkan kain saat membuat tie-dye juga meningkat hingga 276 persen di Pinterest selama beberapa pekan terakhir.

Lonjakan pencarian tie-dye yang meningkat ini dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Betapa tidak, proses membuat tie-dye sendiri relatif sederhana. Anda hanya membutuhkan kain, karet atau pengikat, dan berbagai jenis pewarna kain.

"Hanya dibutuhkan beberapa langkah dan pencucian untuk membuat tie-dye dengan hasil sempurna," kata Brown. Dengan tie-dye, Anda juga bisa memodifikasi pakaian lama yang teronggok di lemari agar terlihat lebih menarik.

Little girl making a tie dye shirtIlustrasi. Pembuatannya yang mudah dan menyenangkan membuat tie-dye digemari banyak orang selama masa karantina. (iStockphoto/Figure8Photos)


Menurut Brown, aktivitas yang memicu kegembiraan dan kreativitas seperti tie-dye terasa sangat penting selama masa pandemi. Kreativitas dapat mendorong perasaan senang pada seseorang.

Hal yang hampir serupa juga ditemukan di platform lain. Mengutip The Independent, platform khusus fesyen, Lyst, juga mencatat pencarian tie-dye yang meningkat hingga 104 persen pada April lalu.

Bukan Barang Baru

Tie-dye sendiri bukan barang baru di dunia fesyen. Tie-dye juga sempat menjadi metode yang diaplikasikan untuk pembuatan dekorasi berbasis tekstil di seluruh dunia selama lebih dari 600 tahun.

Tie-dye pada dasarnya merupakan teknik pewarnaan kain dengan metode pencelupan. Pada tie-dye, kain diwarnai dengan mengikat beberapa bagian kain sebelum dilakukan pencelupan hingga memberikan efek-efek warna tertentu.

Di Indonesia sendiri, tie-dye juga dikenal dengan teknik jumputan. Beberapa bahkan mengkombinasikan teknik jumputan dengan batik.

"Teknik pencelupan memiliki akar yang dalam di Afrika. Banyak imigran dari berbagai negara Afrika membawa keterampilan mereka ke Amerika Serikat [AS] pada era 1700 hingga 1800-an," ujar Direktur Eksekutif Pantone Colour Institute, Leatrice Eiseman.

Popularitas tie-dye kemudian melonjak di AS berbarengan dengan munculnya subkultur hippie, sebuah gerakan yang cukup berpengaruh pada era 1960-an atau biasa juga disebut sebagai 'generasi bunga'. Tie-dye menjadi simbol dan pernyataan counterculture di era itu.

Sejak itu, tie-dye terus menancapkan taring di dunia mode. Tren tie-dye sendiri tak berhenti hanya pada pakaian, tapi juga perangkat mode lain seperti topi, sepatu, tas, hingga aksesori. (asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER