HARI PENYANDANG DISABILITAS

Difabel dan Perjuangan Kesetaraan Lapangan kerja

CNN Indonesia
Jumat, 04 Des 2020 01:51 WIB
Disadari atau tidak, kaum difabel masih belum mendapatkan kesempatan yang sama dalam urusan mendapat pekerjaan.
Foto: CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono
Jakarta, CNN Indonesia --

Masa pandemi dan lapangan pekerjaan saat ini menjadi sebuah masalah besar yang dialami banyak orang, tak terkecuali untuk kaum difabel.

Disadari atau tidak, kaum difabel masih belum mendapatkan kesempatan yang sama dalam urusan mendapat pekerjaan, masih banyak diskriminasi yang dihadapi.

Hari Disabilitas Sedunia dirayakan tiap tanggal 3 Desember. Di hari ini, banyak orang kembali diingatkan untuk membuka mata dan meningkatkan kesadaran bahwa kaum difabel berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam berbagai hal, termasuk dalam urusan pekerjaan. Meski mereka punya keterbatasan fisik, namun tak berarti mereka punya kelebihan lain dan skil yang mumpuni untuk menunjang pekerjaan mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keterbatasan fisik yang mereka miliki dianggap oleh banyak perusahaan sebagai sebuah hambatan dalam bekerja.

Beberapa perusahaan tampaknya mulai melirik hal tersebut. Mereka tak lagi berpikir kalau difabel tak mampu bekerja dengan baik karena keterbatasan fisik mereka. Sebaliknya mereka justru membuktikan bahwa para difabel punya keterampilan seperti layaknya orang normal.

Di kota Changsa, sebuah toko roti bernama Bach memperkerjakan staf tuna rungu. Mereka mengambil nampan berisi roti labu, roti gulung sosis, dan roti apel secara bergantian. Diskusi semua dilakukan dengan bahasa isyarat. Tak jarang ada yang sembari bercanda, tapi semuanya dalam bahasa isyarat.

"Sulit untuk menghasilkan banyak uang dan mendapatkan pendidikan," kata Wan Ting, 28 tahun yang dipekerjakan oleh Bach sejak 2017 setelah sebelumnya gagal dalam desain periklanan, dikutip dari AFP.

"Sulit (mencari pekerjaan) di tempat lain. Anda perlu mengenal seseorang untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang baik. Jika tidak, Anda memiliki sedikit pilihan," tambah Wan, tuna rungu sejak lahir dan berbicara melalui bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh Brutzer.

Salah satu jaringan kedai kopi terbesar di dunia, Starbucks, perlahan merengkuh pasar kopi yang berbeda. Belum lama ini, mereka membuka kedai kopi yang mengandalkan penggunaan bahasa isyarat untuk penyandang tuli. Dibukanya gerai bahasa isyarat ini menjadi kesempatan bagi para tunarungu untuk bisa merasakan berada di komunitasnya. "Identitas saya diterima di sini. Ketulian memiliki banyak wajah," ujar salah seorang barista, Crystal Harris, mengutip Washington Post pada 2018 lalu.

Lapangan Kerja untuk kaum difabel

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER