Di Indonesia sendiri, sektor pariwisata Bali paling merasakan dampak pandemi Covid-19. Sejak ditutup untuk wisatawan mancanegara pada Maret lalu, suasana di sana makin sepi, mirip setelah Bali diguncang bom pada 2002 silam.
Sebanyak 16,11 juta wisman tercatat memasuki Indonesia sepanjang 2019, naik 1,88 persen dari 2018. Dari belasan juta tersebut, sebanyak 6,2 juta mendatangi Bali.
Turis asal Australia, China, India, dan Arab selama ini menjadi pasar utama Pulau Dewata. Namun malang tak dapat ditolak, negara-negara tersebut melarang warga negaranya mendatangi Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah berupaya mendorong geliat pariwisata Bali dengan bantuan wisatawan domestik, namun strategi ini nampaknya belum memperlihatkan hasil yang maksimal.
Dompet yang boncos akibat pandemi sekaligus repotnya mengurus dokumen perjalanan (tes rapid atau swab plus formulir masuk dan datang dari wilayah), menjadi beberapa alasannya.
Hingga saat ini, Pemprov Bali masih mengkaji rencana pembukaan wisata Bali untuk para wisatawan mancanegara. Rencananya, pembukaan pariwisata untuk wisatawan asing baru akan dibuka pada 2021.
Akibat menurunnya jumlah wisatawan, banyak pekerja di bidang pariwisata yang menganggur dan banting setir. Sempat ada yang diberitakan kembali lagi ke ladang.
Destinasi wisata alam, seperti curug dan gunung, menjadi primadona selama pandemi Covid-19. Alasannya, objek wisata alam diklaim 'ramah' Covid-19 karena berada di ruang terbuka dengan sirkulasi udara yang sehat.
Setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) nasional usai, Satgas Covid-19 merinci kawasan wisata alam yang telah dibuka, di antaranya kawasan wisata bahari, kawasan konservasi perairan, kawasan wisata petualangan, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, suaka margasatwa, geopark, dan pariwisata alam kawasan non-konservasi seperti kebun raya, kebun binatang, dan destinasi wisata alam yang dikelola masyarakat.
"Kawasan wisata tersebut dapat dibuka secara bertahap sampai dengan batasan pengunjung maksimal 50 persen dari kapasitas," kata Kepala Satgas Covid-19 Doni Monardo.
Tur wisata virtual menjadi pilihan orang-orang yang tidak bisa berlibur karena pandemi Covid-19. Cukup dengan ponsel atau streaming di TV, tur virtual sudah bisa dilakukan.
Ada banyak penyedia jasa layanan wisata yang menghadirkan opsi ini sebagai alternatif wisata. Opsi ini juga banyak dipilih lantaran tidak memerlukan biaya banyak dan aman karena bisa dilakukan di rumah.
Di Indonesia, beberapa destinasi wisata menyediakan opsi tur virtual seperti Kebun Raya Bogor yang dapat diakses di https://vtkrb.pddi.lipi.go.id/ secara gratis. Taman Impian Jaya Ancol juga memberikan opsi tur virtual secara berkala menggunakan Instagram live.
Selain di dalam negeri, tur visual juga menjadi banyak opsi pariwisata saat pandemi Covid-19 di luar negeri. Seperti tur virtual Museum Louvre, Prancis di laman https://louvre.fr/en/visites-en-ligne, dan banyak tur virtual lainnya.
Hingar bingar kehidupan malam padam diterjang pandemi Covid-19. Larangan berkumpul dalam jumlah besar menjadi salah satu persoalannya. Di Ibu Kota DKI Jakarta, tempat hiburan malam dilarang beroperasi selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), baik di masa transisi.
Meskipun beberapa sektor telah diizinkan beroperasi dalam jumlah yang terbatas, namun pelonggaran tidak berlaku untuk tempat-tempat hiburan malam, seperti spa, griya pijat, karaoke dan lainnya. Tempat-tempat tersebut masih dilarang beroperasi di masa PSBB transisi.
Alasannya, jenis-jenis kegiatan tersebut dianggap memiliki risiko tinggi penularan Covid-19.