Hubungkan Pasien dan Pendonor di Tengah Sulitnya Donor Plasma
CNN Indonesia
Rabu, 30 Des 2020 14:18 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Ilustrasi. Mencari donor plasma darah yang dipercaya dapat membantu pemulihan pasien Covid-19 bukan perkara mudah. (ANTARA FOTO/FAUZAN)
Jakarta, CNN Indonesia --
Terapi plasma darah konvalesen dipercaya dapat membantu pemulihan pasien Covid-19.Namun, mendapatkan donor plasma darah yang tepat bukan perkara mudah.
Melihat kenyataan itu, dr Ariani, yang berpraktik di salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Malang, Jawa Timur, mengaku prihatin. Dia melihat sejumlah pasien Covid-19 yang bersusah payah mencari donor plasma darah.
"Saat itu saya berpikir, kok, belum ada, ya, satu wadah khusus yang bisa membantu pasien mencari donor plasma darah ini," ujar Ariani saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (30/12).
Dari pemikiran itu-lah, Ariani kemudian membangun Komunitas Donor Plasma Konvalesen. Gerakan yang didirikan pada 25 Desember lalu ini berusaha untuk menjadi penghubung antara pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan dengan penyintas yang mau mendonorkan plasma darahnya. "Supaya terhubungnya lebih mudah," kata dia.
Komunitas ini dijalani Ariani bersama enam rekannya, Andre Wicaksono, Azmir, Zalfa, Fadli, Ella, dan Oktavianti. Bersama enam rekannya itu, Ariani membuka pintu komunitas bagi siapa saja penyintas Covid-19 yang tergerak untuk mendonorkan plasma darahnya.
Caranya, penyintas diminta untuk mengisi database yang dimiliki komunitas. Database dibutuhkan untuk memudahkan Ariani mencari pendonor yang berada di wilayah terdekat dengan pemohon atau pasien Covid-19 yang membutuhkan plasma darah.
"Jadi, kalau ada pemohon [pasien Covid-19] di Surabaya, kita cari, nih, pendonor dalam database yang ada di Surabaya atau sekitarnya," jelas Ariani.
Penyintas juga tak bisa sembarangan bergabung. Ariani menentukan beberapa kriteria umum bagi mereka yang tertarik mendonorkan plasmanya seperti telah dinyatakan sembuh, berusia 18-60 tahun, tidak memiliki penyakit penyerta yang kronis, dan masih banyak lagi. "Kalau ada yang tidak memenuhi, akan kami eliminasi," katanya.
Namun, tak semua pendonor yang terdaftar dalam database bisa langsung mendonorkan darahnya. Jika ada yang membutuhkan, pendonor diminta untuk mendatangi kantor Palang Merah Indonesia (PMI) atau rumah sakit setempat yang memiliki fasilitas khusus untuk donor plasma darah.
Penyintas kemudian diminta melakukan screening lanjutan untuk mengetahui kelayakan plasma darah yang dimiliki. "Screening di PMI itu ketat. Karena memang enggak semua plasma darah bisa dipakai," kata Ariani.
Jika dinyatakan layak, maka penyintas dapat melanjutkan untuk mendonorkan plasma darah. Tapi, jika tidak layak, Ariani kemudian mencari lagi pendonor yang lain.
Hingga saat ini, Rabu (30/12), sudah tercatat 99 pendonor dalam database yang dimiliki Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen. Selain itu, komunitas juga hingga kini telah mendapatkan 30 permintaan donor plasma darah dari pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan.
"Ternyata antusiasmenya tinggi sekali. Padahal baru berjalan lima hari," kata Ariani, tak menyangka.
Dalam sehari, misalnya, Ariani bisa mendapatkan 30-40 pesan dari penyintas yang mengajukan dirinya sebagai pendonor plasma darah. Mau tak mau, Ariani jadi agak kewalahan.
Tapi, Ariani tak keberatan. Apalagi Ariani tahu betul betapa sulitnya mencari plasma darah di masa pandemi Covid-19 ini.
"Mencari plasma darah di masa pandemi ini memang sulit," kata Ariani. Dia menduga, kurangnya informasi membuat banyak penyintas tak mencoba mendonorkan plasma darahnya.
"Kayaknya masih banyak yang enggak tahu kalau sudah sembuh [Covid-19] itu bisa mendonorkan plasma darah. Apalagi, kan, banyak juga yang isolasi mandiri di rumah. Mereka mungkin enggak mendapatkan informasi soal donor plasma ini," papar Ariani, menduga-duga.
Selain itu, screening di PMI atau rumah sakit yang sangat ketat juga membuat plasma darah semakin langka. "Screening sampai akhirnya bisa mendonorkan itu biasanya butuh waktu dua hari. Dan, enggak semua juga lolos screening," kata Ariani.
Tapi, Ariani maklum, karena memang tak sembarang plasma bisa didonorkan.
Ilustrasi. Berbagai faktor membuat plasma darah jadi sangat langka. (istockphoto/P_Wei)
Lima hari sudah Ariani dan kawan-kawan berusaha menghubungkan pendonor plasma darah dan pasien Covid-19 yang membutuhkan. Namun, lima hari itu bukan berarti dijalani tanpa kendala. Minimnya fasilitas donor plasma darah di sejumlah daerah menjadi salah satu hambatan.
"Masalahnya, masih sangat sedikit PMI dan rumah sakit punya fasilitas donor plasma darah," kata Ariani. Beberapa daerah kecil, seperti Ponorogo, misalnya, sama sekali tak memiliki fasilitas donor plasma darah.
"Jadinya, agak susah. Misal, pendonor ada di Ponorogo, dia harus ke Surabaya untuk donor plasma. Atau sebaliknya, pasien di Ponorogo, dia harus mendapatkan donor plasma dari PMI di Surabaya," kata Ariani mengeluh.
Tadinya, Ariani berharap agar Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen ini bisa mempertemukan antara pendonor dan pasien yang ada di satu wilayah untuk mempermudah proses donor plasma, dengan catatan jika dibantu dengan fasilitas yang memadai di setiap daerah.
"Tapi, kalau kondisinya seperti ini, ya, tidak apa, kami sekarang hanya berusaha semampu kami, menghubungkan pendonor dan pasien dengan database yang kami miliki," kata Ariani.
Hubungkan Pasien dan Pendonor di Tengah Sulitnya Donor Plasma