Jakarta, CNN Indonesia --
Tak bisa dipungkiri, pengalaman seksual memegang peran penting dalam kehidupan, termasuk dalam berpasangan. Sayang, banyak mitos terkait orgasme pria yang masih salah kaprah dan memengaruhi kehidupan seks itu sendiri.
Mitos membuat seseorang dengan mudah mempercayai anggapan umum yang ada di tengah masyarakat. Mitos juga seolah jadi penentu akan sesuatu yang disebut 'normal'.
Misalnya, mitos yang menyebut bahwa ukuran alat kelamin pria atau penis memengaruhi performa seksual. Ada juga yang menganggap bahwa ejakulasi dini tak dapat disembuhkan. Padahal, keduanya tidak benar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut sejumlah mitos soal orgasme pria, melansir Insider.
1. Ukuran penis memengaruhi kepuasan seksual
Gagasan bahwa penis yang lebih besar selalu lebih baik sudah lama eksis di tengah masyarakat. Namun, ukuran penis sesungguhnya tak jadi cerminan langsung kepuasan seksual.
"Kebanyakan pria baik-baik saja dalam hal ukuran dan ketebalan [penis]. Tapi, ketika mereka mengukur diri dengan [yang ditampilkan] industri film dewasa, mereka mungkin merasa tidak aman," ujar ahli urologi, Hamin Brahmbhatt.
Rata-rata panjang penis sendiri berkisar antara 9 cm saat normal dan 13 cm saat ereksi.
Brahmbhatt mengatakan, pada orang sehat, ukuran penis seharusnya tidak mengurangi kepuasan seksual.
2. Minum suplemen untuk bisa ereksi kembali setelah ejakulasi
Banyak pil tersedia di pasaran yang menjanjikan mampu menurunkan periode refraktori. Nama terakhir merupakan lama waktu yang dibutuhkan setelah ejakulasi agar bisa ereksi kembali.
Namun, tak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa suplemen-suplemen tersebut benar-benar bekerja dengan menurunkan kadar hormon prolaktin. Kadar hormon prolaktin dipercaya dapat membuat periode refraktori berlangsung lebih lama.
Penelitian pada tikus menemukan, prolaktin tak bisa menjadi penentu periode refraktori. Tak ada perbedaan antara tikus yang mendapatkan prolaktin dengan yang tidak mendapatkan prolaktin.
Baca mitos lain terkait orgasme pria di halaman berikutnya.
3. Testis membiru bisa mematikan
Memang menakutkan saat melihat testis membiru dan terasa sakit. Hal itu menimbulkan rasa tidak nyaman pada penis.
Sensasi tersebut pada dasarnya menjadi indikasi dari kondisi yang disebut hipertensi epididimis. Namun, kondisi tersebut tak akan menimbulkan risiko kerusakan permanen, apalagi mengancam jiwa.
Hipertensi epididimis terjadi saat seseorang memiliki darah berlebih yang tersisa di testis dari gelombang ereksi yang diikuti oleh ejakulasi.
Biasanya, saat seorang pria terangsang, darah akan mengalir ke penis dan menyebabkan ereksi. Jika pria mengalami ejakulasi, darah kembali ke tingkat normal. Tapi jika tidak, testis akan membiru.
Dalam beberapa kasus, gejala masalah yang lebih serius dapat disalahartikan sebagai testis yang membiru. Jadi, penting untuk berkonsultasi dengan medis jika sensasi tersebut tak kunjung menghilang.
4. Pria bisa mengalami lebih dari satu orgasme dalam satu waktu
Beberapa perempuan dapat mengalami orgasme berturut-turut saat berhubungan seks tanpa beristirahat. Namun, bukan berarti pria tak bisa mengalami hal yang sama.
Seksolog Justin Lehmiller mengatakan, satu-satunya alasan yang membuat pria hanya bisa mengalami satu orgasme adalah periode refraktori. "Lamanya periode ini bisa sangat bervariasi pada pria. Ada yang hanya butuh waktu beberapa menit, ada pula yang bisa beberapa jam," ujar Lehmiller.
Namun, beberapa pria diklaim bisa orgasme tanpa ejakulasi. Jadi, bukan hal yang tak mungkin jika pria bisa mengalami beberapa kali orgasme. Sebuah studi pernah menemukan, pria mampu mengalami orgasme berturut-turut dalam satu periode.
5. Ejakulasi dini tak bisa disembuhkan
Ejakulasi dini menjadi masalah umum yang dialami pria. Sebanyak 1 dari 3 pria pernah mengalami ejakulasi dini.
Namun, ejakulasi dini bisa diatasi dengan bantuan krim topikal, kondom, dan obat-obatan. Beberapa kondom dan krim mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kepekaan penis untuk mencegah ejakulasi dini.