Selebgram Mari Valents menuai kontroversi di media sosial karena menggunakan darah menstruasi sebagai skincare. Darah haid itu dioleskan langsung ke wajah. Bolehkah menggunakan darah menstruasi sebagai skincare?
Dokter spesialis kulit kelamin, Johan Kartayana menjelaskan bahwa darah menstruasi adalah darah yang keluar dari rahim karena tidak terjadi pembuahan. Jika darah ini dioleskan pada kulit, dikhawatirkan berisiko menyebabkan infeksi pada kulit.
"Secara teoritis darah haid memang bukan darah kotor. Tapi, saat keluar, darah ini melalui area genital yang banyak mengandung bakteri, sehingga jika dioleskan pada wajah berisiko tinggi menyebabkan infeksi bakteri," kata Johan kepada CNNIndonesia.com, Rabu (3/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Tips Rutinitas Skincare untuk Usia 30-an |
Infeksi bakteri yang muncul pada wajah dapat berupa pustul atau bisul-bisul kecil.
Selain itu, hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan efektivitas darah menstruasi untuk skincare. Oleh karena itu, Johan tidak menyarankan menggunakan darah haid untuk skincare.
Sebaiknya gunakan metode perawatan yang benar dan sudah diteliti dengan baik. Johan menyebut, saat ini sudah terdapat metode perawatan wajah menggunakan plasma darah yang dikenal dengan PRP atau Platelet Rich Plasma.
Metode ini dilakukan dengan cara mengambil darah dari pembuluh darah di tangan sekitar 10-20 cc. Darah tersebut lalu diambil hanya bagian plasmanya saja. Plasma itu-lah yang diaplikasikan ke wajah melalui alat bantu.
"Di dalam plasma darah terdapat platelet yang mengandung zat-zat untuk pertumbuhan dan peremajaan kulit. Plasma darah ini diaplikasikan dengan dermapen dan laser CO2 dan dimasukkan ke dalam pori-pori yang sudah dibuka," kata Johan yang praktik di The Clinic Beautylosophy ini.
Menurut Johan, tindakan PRP ini dapat menunjukkan hasil dalam 3-4 kali pengulangan, berbeda-beda pada setiap orang.
(ptj/asr)