Tidak dapat dimungkiri bahwa sejak satu tahun terakhir hari-hari kian sulit karena pandemi Covid-19. Namun, tidak semuanya berubah menjadi malapetaka dan kesuraman.
Sebuah studi baru menemukan bahwa orang-orang justru menjadi lebih baik selama pandemi Covid-19. Penelitian yang dilakukan oleh Travelodge, menemukan bahwa orang-orang menjadi lebih ramah satu sama lain dalam satu tahun terakhir.
Bentuk kebaikan itu termasuk dalam wujud membeli makanan untuk pekerja yang mengalami masa sulit, mengirimkan paket perawatan untuk kerabat dekat atau sekadar memberi perhatian lewat panggilan Zoom dengan teman dan keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, orang-orang tampaknya tidak hanya berusaha ekstra memberi pada orang yang dicintai, tetapi juga dengan orang asing.
Sebagaimana dilansir Metro UK, hasil survei menunjukkan bahwa orang-orang tetap berhubungan dengan kerabat mereka, tetapi juga menyumbang lebih banyak ke badan dan organisasi amal lainnya.
Berdasarkan 2.000 orang yang disurvei, banyak yang mengungkapkan bahwa mereka lebih sering berbicara dengan orang asing dan bahkan mengejutkan teman dengan hadiah.
Sepertiga peserta juga mengatakan bahwa mereka percaya tindakan kebaikan secara acak dapat menular dan satu dari empat orang menyatakan bahwa mereka terinspirasi untuk menjadi lebih baik dan lebih murah hati kepada orang lain.
Juru bicara Travelodge, Shakila Ahmed mengatakan, "Penelitian kami juga menunjukkan bahwa kebaikan itu menular dan telah menyebar jauh dan luas di seluruh Inggris selama pandemi Covid-19."
Sains menunjukkan, manusia secara biologis diatur untuk menjadi baik. Kemampuan untuk berbuat baik bisa terus berkembang jika dilatih dan dibiasakan. Selain itu, bersikap baik juga dapat memberikan manfaat untuk kesehatan.
Berikut manfaat berbuat baik untuk kesehatan, dikutip dari situs Quiet Rev.
Pernahkah Anda merasa senang saat berbuat baik pada orang lain?
Fenomena ini tak terjadi secara acak, melainkan berkaitan dengan pusat kesenangan yang ada pada otak.
Melakukan hal-hal baik untuk orang lain dapat meningkatkan kadar serotonin sebagai hormon yang bertanggung jawab atas perasaan puas dan senang.
Cemas adalah perasaan umum yang dialami banyak orang. Selain meditasi, olahraga, dan pengobatan-pengobatan lainnya, berbuat baik juga bisa membantu meredam kecemasan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh University of British Columbia menemukan, tindakan baik dapat meningkatkan suasana hati yang bertahan selama empat pekan penelitian.
Tak cuma meningkatkan suasana hati, berbuat baik juga bisa menjaga kesehatan jantung lewat pengaruhnya terhadap keseimbangan kimiawi pada jantung.
Kebaikan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosin menyebabkan pelepasan zat kimia yang disebut oksida nitrat yang dapat membantu memperlebar pembuluh darah hingga berujung pada penurunan tekanan darah.
Oleh karena alasan itu, oksitosin juga dikenal sebagai hormon yang dapat melindungi jantung dengan cara menurunkan tekanan darah.
Dalam kehidupan yang sibuk seperti di zaman kiwari, stres adalah hal yang lumrah. Namun, jika tak dikontrol, stres bisa berujung pada gangguan mental yang lebih parah.
Membantu orang lain memungkinkan diri Anda untuk keluar dari pikiran akan hal-hal yang memicu stres. Perilaku baik juga membuat Anda lebih siap untuk menangani situasi stres.
Sebuah studi menemukan hubungan antara perilaku afiliasi dengan stres. Perilaku afiliasi merupakan perilaku yang membangun hubungan dengan orang lain.
Studi menemukan, perilaku afiliasi menjadi komponen penting dalam mengatasi stres. Terlibat dalam kegiatan sukarela ditemukan menjadi strategi paling efektif untuk mengurangi dampak stres.
Peradangan pada tubuh dikaitkan dengan segala macam masalah kesehatan. Sebuah penelitian pada partisipan berusia 57-85 tahun menemukan, kegiatan sukarela membuat tingkat peradangan lebih rendah lewat pelepasan oksitosin saat berbuat baik.
Kebaikan menjadi resep utama untuk hidup sehat dan bahagia. Pada Hari Kebaikan Sedunia yang dirayakan di tengah pandemi ini, setidaknya berikan senyuman Anda yang menenangkan untuk sesama.
(agn)