Ribuan pengunjung yang penasaran berbondong-bondong mendatangi gunung berapi yang meletus di Islandia untuk mengagumi tampilan menghipnotis dari lava merah yang bersinar, bahkan sampai ada yang memanggang hot dog dan marshmallow di atas baranya.
Letusan di Gunung Fagradalsfjall, yang dimulai Jumat (19/3) malam, adalah yang pertama dalam waktu sekitar 900 tahun.
Gunung berapi ini terletak hanya sekitar 40 kilometer dari ibu kota Reykjavik dan dapat dicapai setelah 90 menit berjalan kaki dari jalan terdekat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Benar-benar menakjubkan," kata Ulvar Kari Johannsson, seorang insinyur berusia 21 tahun yang menghabiskan akhir pekannya dengan mengunjungi tempat itu.
"Baunya sangat buruk. Bagi saya yang mengejutkan adalah warna jingganya: jauh, jauh lebih berwarna dari yang diperkirakan," katanya kepada AFP.
Gelembung lava pijar dan semburan dari kerucut kecil di lembah Geldingadalur, menumpuk di lembah dan perlahan berubah menjadi hitam pekat saat mendingin.
Sekitar 300 ribu meter kubik lahar telah keluar dari tanah sejauh ini, menurut para ahli, meskipun letusan dianggap relatif kecil dan terkendali.
"Bagi saya panaslah yang benar-benar mengejutkan saya. Saat kami mendekati lahar yang mengalir di tanah, suhunya naik 10-15 derajat dan wajah kami memerah," kata Emilie Saint-Mleux, siswa pertukaran bahasa Prancis di Islandia yang datang bersama dua temannya.
"Ini mengingatkan Anda pada pesta BBQ di musim panas," canda temannya Lucille Fernemont.
Akses ke situs diblokir pada jam-jam pertama setelah letusan. Pihak berwenang kemudian mencabut penghalang jalan tetapi melarang kunjungan, namun pada Sabtu (20/3) sore pengunjung diizinkan datang - di bawah pedoman yang ketat.
"Kami di sini hanya untuk menjaga orang-orang dan memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Dan perhatikan saja bahwa orang-orang tidak akan terlalu dekat dengan lahar dan meminta mereka mundur," jelas Atli Gunnarsson, seorang petugas polisi berusia 45 tahun, mengenakan topi kuning dengan masker gas di tangan.
Tim penyelamat juga harus membantu puluhan orang yang kedinginan dan kelelahan untuk kembali ke jalan pada hari Minggu (21/3) dalam kegelapan karena kondisi cuaca memburuk.
Bunyi bip kecil yang berulang dapat terdengar di sekitar kru darurat. Mereka membawa perangkat yang mengukur polusi gas, terutama sulfur dioksida, yang dapat membahayakan kesehatan dan bahkan berakibat fatal.
Senin (22/3) pagi, pihak berwenang kembali memblokir situs tersebut karena tingkat polusi gas yang tinggi.