KB Tradisional Mulai Diminati Selama Pandemi

CNN Indonesia
Rabu, 19 Mei 2021 12:15 WIB
Selama masa pandemi Covid-19, penggunaan metode KB tradisional mengalami kenaikan dari sebelum pandemi sebesar 4,47 persen menjadi 5,13 persen.
Ilustrasi. Selama masa pandemi Covid-19, penggunaan metode KB tradisional mengalami kenaikan dari sebelum pandemi sebesar 4,47 persen menjadi 5,13 persen. (iStockphoto/LightFieldStudios)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebelum munculnya berbagai alat kontrasepsi modern seperti dengan metode suntik, pil, atau IUD, pencegahan kehamilan dilakukan dengan cara-cara yang lebih tradisional. Di masa pandemi, penggunaan KB tradisional tampaknya lebih diminati.

Ketua Umum Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, Emi Nurjasmi mengatakan, selama masa pandemi Covid-19, penggunaan kontrasepsi tradisional mengalami kenaikan dari sebelum pandemi 4,47 persen menjadi 5,13 persen.

Sementara KB dengan IUD turun dari 14,24 persen menjadi 13,77 persen, implan turun dari 8,53 persen menjadi 8,09 persen, metode suntik KB dari 17,97 persen menjadi 15,47 persen, pil KB dari 10,43 persen jadi 9,74 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada penurunan prevalensi penggunaan alat, obat, atau cara KB, IUD, implan, suntik, dan pil KB turun, tapi KB tradisional ada peningkatan," kata Emi dalam diskusi virtual, beberapa waktu lalu.

Kontrasepsi tradisional adalah cara pencegahan kehamilan dengan cara-cara alami tanpa perlu intervensi obat atau alat dari luar. Meski bersifat alami, DKT Indonesia mengatakan, KB tradisional masih kalah efektivitasnya jika dibandingkan dengan KB modern.

KB tradisional dilakukan dengan beberapa cara, seperti senggama terputus (ejakulasi di luar), atau dengan cara 'kalender' yakni dengan menghitung masa subur.

Senggama terputus dilakukan ketika saat berhubungan seksual, pasangan laki-laki menarik penisnya keluar dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, sehingga tidak terjadi ovulasi di dalam rahim. Namun, metode ini membutuhkan konsentrasi penuh dan tidak selalu berhasil.

Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga bisa menjadi metode kontrasepsi alami. Menurut HelloSehat, metode ini dikenal dengan nama amenore laktasi. Menyusui dapat membantu menunda ovulasi hingga enam bulan setelah melahirkan.

Sementara itu, metode kalender adalah cara alami mencegah kehamilan. Secara sederhana, metode ini memberi tahu masa subur Anda dan menghindari bersetubuh pada masa tersebut.

Cara Menghitung Masa Subur

Untuk menggunakan metode kalender, Anda harus mengetahui masa subur dengan cara menghitungnya secara manual. Anda setidaknya harus mengetahui siklus menstruasi selama 6 siklus sebelumnya. Kemudian tandai hari pertama haid sebagai hari pertama siklus menstruasi. Lakukan hal yang sama setiap kali menstruasi Anda tiba.

Setelah 6 siklus menstruasi, hitung jumlah hari pertama siklus sebelumnya dan hari pertama siklus saat ini. Rentang waktu tersebut adalah jumlah hari dalam satu siklus. Rata-rata siklus menstruasi perempuan terjadi setiap 28 hari, beberapa juga bisa berlangsung lebih cepat atau lebih lambat (21-35 hari).

Setelah mengetahui siklus menstruasi, Anda bisa mengetahui masa subur Anda. Caranya, cari siklus terpendek yang pernah Anda alami, kemudian kurangi 18 dari total siklus tersebut. Setelah dikurangi, tandai hari sesuai angka hasil pengurangan tersebut dengan X. Hari yang Anda tandai dengan X itu lah masa subur Anda di setiap siklus.

Jika ingin menghindari kehamilan, maka Anda sebaiknya melakukan hubungan seks tidak di hari ketika masa subur.

Anda juga bisa menghitung masa subur dengan bantuan aplikasi di gawai Anda. Ada banyak developer yang menyediakan aplikasi penghitung masa subur saat ini dan dapat diunduh gratis.

(mel/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER