Raden Saleh, Cikini 73 dan Asal Muasal Kebun Binatang Ragunan

Yulia Adiningsih | CNN Indonesia
Minggu, 09 Mei 2021 07:00 WIB
Rumah Raden Salen yang luas dan megah di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, menjadi cikal bakal dibangunnya Taman Margasatwa Ragunan.
Foto 2019. Suasana liburan Tahun Baru 2019 di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/Harvey Darian)
Jakarta, CNN Indonesia --

Di tengah kemacetan lalu lintas, gedung menjulang, dan pemukiman padat yang menjadi pemandangan sehari-hari di Jakarta, ada Taman Margasatwa Ragunan yang menjadi tempat pelipur lara bagi yang sedang mencari keteduhan.

Pengunjung dari berbagai kalangan boleh datang ke sini, baik untuk piknik dengan tikar atau joging dengan sepatu lari yang mahal. Tiket masuknya per orang murah meriah, lebih terjangkau dari segelas es kopi di kedai asal Amerika.

Dan apapun hari rayanya, pasti destinasi wisatanya ialah Ragunan. Rasanya belum sah jadi anak Jakarta kalau belum bertandang ke sana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taman Margasatwa Ragunan atau yang populer disebut Kebun Binatang Ragunan kini telah berusia 157 tahun, terbilang dari awal didirikannya yaitu tahun 1864.

Belum banyak yang tahu kalau ide pembangunan Ragunan justru datang dari seorang pelukis legendaris Indonesia, Raden Saleh.

Raden Saleh, yang dikenal sebagai pionir pelukis modern beraliran naturalis, ialah sosok pecinta satwa.

Staf Pelayanan Informasi Taman Margasatwa Ragunan, Wahyudi Bambang bercerita, Raden Saleh memelihara banyak satwa langka, seperti harimau, di kediamannya yang berlokasi di Cikini, Jakarta Pusat.

Hewan-hewan penghuni halaman rumahnya yang megah dan luas itu juga menjadi sumber inspirasi Raden Saleh untuk berkarya.

Beberapa satwa yang pernah dilukisnya yaitu harimau dan banteng dengan tema 'Perburuan Banteng' pada tahun 1985. Lalu singa dengan tema 'Perburuan Singa' pada tahun 1839.

Karena semakin lama semakin banyak orang yang ingin melihat hewan peliharaan koleksinya, ia membuka gerbang taman di rumahnya untuk dikunjungi warga dan kerabatnya.

Momen inilah yang menjadi cikal bakal dibangunnya Taman Margasatwa Ragunan.

"Ternyata pengunjung antusias dengan koleksi satwanya dan akhirnya dibuka untuk umum," ucap Wahyudi kepada CNNIndonesia.com saat ditemui di Ragunan, Selasa (4/4).

Wahyudi menjelaskan, taman tersebut kemudian secara resmi dikelola oleh perhimpunan penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culture Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia) pada 19 September 1864 dengan nama "Planten en Dierentuin" yang artinya "tanaman dan kebun binatang."

Raden Saleh akhirnya menghibahkan lahan seluas 10 hektare di Jalan Cikini Raya No. 73 untuk Planten en Dierentuin.

Setelah Indonesia merdeka, nama tersebut diganti dengan nama Indonesia yaitu 'Kebun Binatang Cikini.'

Di tahun yang sama, kata Wahyudi, Kebun Binatang Cikini kemudian diambil alih oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Setelah diambil alih, Pemprov DKI ingin memindahkan kebun binatang tersebut ke daerah Ragunan dengan lahan yang dua kali lebih luas.

"Waktu awal berdirinya disiapkan 30 hektare. Jauh berbeda dengan di Cikini yang hanya 10 hektare," ucap dia.

Wahyudi mengatakan, untuk pemindahan tersebut, Pemprov DKI membentuk panitia perpindahan hewan yang diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh. Adapun binatang yang dipindahkan sebanyak 450 ekor.

Pada 22 Juni 1966, kebun binatang tersebut dibuka secara resmi oleh Gubernur DKI Jakarta Mayor Jenderal Ali Sadikin dengan nama Taman Margasatwa Ragunan.

Demi mengenang peran Raden Saleh, pengelola Taman Margasatwa Ragunan mendirikan patung Raden Saleh di tengah kompleksnya.

Setelah tak lagi menjadi kebun binatang, area di Jalan Cikini Raya No. 73 menjadi kompleks Institut Kesenian Jakarta, kampus seni rupa pencetak seniman sampai musisi legendaris di Indonesia. Yang paling dikenal mulai dari Iwan Fals sampai The Upstairs.

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...

Raden Saleh, Cikini 73 dan Asal Muasal Kebun Binatang Ragunan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER