Seoul, CNN Indonesia --
Tahun ini ialah tahun ketiga saya Ramadan dan Idul fitri di Korea Selatan. Sebelum pandemi virus Corona, saya memang jarang pulang ke Indonesia, terhitung hanya satu kali saat menghadiri pernikahan adik saya. Selebihnya, orangtua yang sering main ke sini, sekalian liburan katanya.
Puasa di Korea cukup menantang. Bukan karena suhu udaranya, melainkan karena waktunya yang lumayan panjang. Imsak sekitar pukul 03.40, lalu buka puasa sekitar pukul 19.30. Tapi hari-hari saya lewati dengan kesibukan bekerja, jadi lapar atau haus hampir tak terasa.
Awal mula saya ke Korea karena melanjutkan S2 di Hankuk University of Foreign Studies dengan jurusan International Studies. Korea bukan negara tujuan utama, melainkan London, Inggris. Tapi karena dana untuk hidup dan sekolah lebih murah di Korea Selatan serta saya sudah familiar dengan negaranya, akhirnya ayah saya menyarankan untuk menempuh pendidikan di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan ayah memang tidak salah. Rasanya saya banyak menemukan keberuntungan dalam hal karier di negara ini. Tak lama setelah lulus kuliah, saya diterima bekerja di hello82, agensi hiburan yang saat itu sedang ingin melebarkan sayap ke Asia Tenggara. Jadilah saya karyawan Muslim pertama di sana.
Jam kerja di sini kurang lebih sama seperti di Jakarta. Mulai pukul 10.00 dan selesai pukul 19.00. Di hari-hari tertentu ada lembur, bisa sampai sekitar pukul 01.00 dini hari. Kalau hari kerja bisa dibilang tak tentu, karena kadang ada selebriti atau idol yang baru bisa syuting di hari Sabtu atau Minggu. Jadilah saya punya banyak tabungan libur.
Banyak yang mengatakan kalau sekolah atau kerja di Korea Selatan sarat persaingan. Saya mengakui hal itu. Sejak kecil, penduduknya memang dididik disiplin untuk bisa berprestasi. Dosen saya bahkan sempat mengatakan kalau itu jadi alasan mengapa jarang terlihat anak kecil di jalanan saat hari kerja, karena mereka pasti sedang belajar di akademi.
Tapi untungnya kantor saya punya fase kerja yang cukup fleksibel, sehingga kami sebagai karyawan masih punya waktu untuk istirahat di rumah. Orang-orang di kantor juga sangat menghargai saat saya sedang beribadah.
Misalnya saat saya sedang puasa, mereka bakal buru-buru minta maaf karena sedang makan atau minum. Ada juga yang bertanya, "Kamu tidak lapar? Kamu tidak ingin pingsan?". Ada juga yang mencoba berpuasa, tapi tidak kuat sampai setengah hari.
Soal shalat juga demikian. Memang tak ada musala di kantor, tapi saya diperbolehkan memakai studio untuk salat. Begitu juga dengan Lebaran. Perusahaan mengizinkan saya untuk cuti di hari raya.
Jauh dari keluarga, baik saat hari raya atau hari-hari normal, sudah pasti berat. Kesibukan kuliah dan kerja saat awal-awal kedatangan sempat membuat saya merasa depresi karena kesepian. Ditambah lagi ketika pandemi virus Corona datang.
Rasa depresi karena kesepian memang masih menjadi masalah di Korea. Kondisi ini juga yang membuat banyak kasus bunuh diri terjadi. Seseorang yang sudah mendapat tekanan sosial di luar rumah, lalu pulang ke rumah dalam keadaan sendiri, tak ada teman untuk bercerita dan lainnya.
Artikel masih berlanjut ke halaman berikutnya...
[Gambas:Instagram]
Pelan-pelan saya mencoba bangkit dengan lebih rajin ibadah lalu menghibur diri dengan budaya hallyu, mulai dari nonton serial drama sampai dokumenter konser boyband favorit saya: Infinite, SHINee, dan yang paling terbaru NCT. Saking sibuknya kerja kadang saya lupa kalau saya sudah satu negara dengan bias saya hehe...
Untuk pengganti kolak pisang dan es kelapa sebagai menu berbuka puasa, saat Ramadan ini saya menyenangkan diri dengan menyantap segala menu yang berbahan mint choco! Entah kenapa, varian rasa ini baru tren di Korea, padahal saya sudah lama menyicipinya sejak di Indonesia. Jadilah setiap berbuka puasa saya beli es krim mint choco, susu mint choco, mochi mint choco, dan masih banyak lagi haha..
Kerja di agensi hiburan tentu saja membuat saya bertemu dengan banyak selebriti dan idol. Tapi dari beberapa favorit saya, saya baru pernah merasakan bekerja bersama SHINee dan NCT. Awal bekerja di sana tentu saja membuat saya gugup, karena harus bersikap sebagai penggemar atau staf. Tapi lama kelamaan saya bisa melatih diri untuk bersikap profesional. Saat ini yang saya rasakan malah semakin semangat untuk membuat banyak konten bagus, sehingga penggemar K-pop terutama di Indonesia bisa terhibur.
Sebagai perempuan, tinggal sendirian di Korea menurut saya sangat aman. Saya sering pulang kantor lewat tengah malam, dan harus melanjutkan perjalanan dengan bus, taksi, atau kereta. Alhamdulillah, saya belum pernah mengalami kejadian tak mengenakkan, karena sebenarnya ada saja kasus pelecehan seksual yang diberitakan di media.
Beruntung juga saya dikelilingi oleh teman-teman yang baik, perhatian, dan humoris, sehingga hidup saya jadi lebih berwarna meski harus jauh dari ayah, ibu, dan adik.
Kalau ada yang bertanya, apakah semua pria di Korea itu romantis seperti di serial drama, mungkin jawabannya sama saja seperti pria di Indonesia: ada yang romantis dan ada yang tidak.
Bukan cuma saat sebagai pacar, pria di Korea yang saya kenal juga bisa perhatian kepada teman wanitanya. Contohnya saat itu saya sedang PMS dan tak bisa keluar rumah. Salah satu teman pria saya sampai mengirimkan makanan ke apartemen saya sekaligus mendoakan agar saya cepat sembuh. Saya berpikir, orang yang punya kepribadian santun pastilah dididik yang baik oleh keluarganya sejak kecil, seperti teman saya itu.
Bagi pembaca CNNIndonesia.com yang ingin merantau ke Korea Selatan, pesan saya jangan lupa membekali diri dengan bahasa Inggris dan Korea. Sesampainya di sini, tekuni kelas bahasa Korea sehingga bisa lebih mudah bercakap dengan penduduk lokal. Saya pun masih terus belajar.
Untuk yang ingin kuliah, persiapkan rencana dengan baik, apakah ingin lanjut bekerja di sini atau tidak. Jika ingin bekerja di sini, sebaiknya bekali diri dengan pengalaman bekerja di Indonesia, karena berdasarkan pengalaman saya hal tersebut akan membuat kita lebih mudah mendapatkan pekerjaan.
Yang terakhir dan tidak kalah penting ialah berhemat dan menahan diri. Jujur saja, saya masih sering boros untuk membeli pernak-pernik boyband favorit saya atau belanja baju, tapi memang pada dasarnya biaya hidup di Korea Selatan atau Indonesia itu sama saja, tergantung berapa dana kita habiskan dan bisa kita tabung.
Selamat Idul fitri dari Korea Selatan, semoga gerbang pariwisata bisa kembali dibuka dan saya bisa berkenalan dengan banyak pembaca CNNIndonesia.com yang datang ke sini!
[Gambas:Instagram]
---
Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Tulisan yang dikirim minimal 1.000 kata dan dilengkapi minimal tiga foto berkualitas baik yang berhubungan dengan cerita. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, silakan hubungi [email protected]