SURAT DARI RANTAU

Ramadan & Lebaran bersama Idol dan Mint Choco di Seoul

Nadya Satyaputri | CNN Indonesia
Minggu, 16 Mei 2021 11:26 WIB
Kerja bersama idol sampai menyantap kuliner mint choco menjadi pelipur lara saya selama Ramadan dan Idulfitri di Korea Selatan.
Pemandangan matahari terbenam dari Seoul City Skyline. (Istockphoto/CJNattanai)
Seoul, CNN Indonesia --

Tahun ini ialah tahun ketiga saya Ramadan dan Idul fitri di Korea Selatan. Sebelum pandemi virus Corona, saya memang jarang pulang ke Indonesia, terhitung hanya satu kali saat menghadiri pernikahan adik saya. Selebihnya, orangtua yang sering main ke sini, sekalian liburan katanya.

Puasa di Korea cukup menantang. Bukan karena suhu udaranya, melainkan karena waktunya yang lumayan panjang. Imsak sekitar pukul 03.40, lalu buka puasa sekitar pukul 19.30. Tapi hari-hari saya lewati dengan kesibukan bekerja, jadi lapar atau haus hampir tak terasa.

Awal mula saya ke Korea karena melanjutkan S2 di Hankuk University of Foreign Studies dengan jurusan International Studies. Korea bukan negara tujuan utama, melainkan London, Inggris. Tapi karena dana untuk hidup dan sekolah lebih murah di Korea Selatan serta saya sudah familiar dengan negaranya, akhirnya ayah saya menyarankan untuk menempuh pendidikan di sana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan ayah memang tidak salah. Rasanya saya banyak menemukan keberuntungan dalam hal karier di negara ini. Tak lama setelah lulus kuliah, saya diterima bekerja di hello82, agensi hiburan yang saat itu sedang ingin melebarkan sayap ke Asia Tenggara. Jadilah saya karyawan Muslim pertama di sana.

Jam kerja di sini kurang lebih sama seperti di Jakarta. Mulai pukul 10.00 dan selesai pukul 19.00. Di hari-hari tertentu ada lembur, bisa sampai sekitar pukul 01.00 dini hari. Kalau hari kerja bisa dibilang tak tentu, karena kadang ada selebriti atau idol yang baru bisa syuting di hari Sabtu atau Minggu. Jadilah saya punya banyak tabungan libur.

Banyak yang mengatakan kalau sekolah atau kerja di Korea Selatan sarat persaingan. Saya mengakui hal itu. Sejak kecil, penduduknya memang dididik disiplin untuk bisa berprestasi. Dosen saya bahkan sempat mengatakan kalau itu jadi alasan mengapa jarang terlihat anak kecil di jalanan saat hari kerja, karena mereka pasti sedang belajar di akademi.

Tapi untungnya kantor saya punya fase kerja yang cukup fleksibel, sehingga kami sebagai karyawan masih punya waktu untuk istirahat di rumah. Orang-orang di kantor juga sangat menghargai saat saya sedang beribadah.

Misalnya saat saya sedang puasa, mereka bakal buru-buru minta maaf karena sedang makan atau minum. Ada juga yang bertanya, "Kamu tidak lapar? Kamu tidak ingin pingsan?". Ada juga yang mencoba berpuasa, tapi tidak kuat sampai setengah hari.

Soal shalat juga demikian. Memang tak ada musala di kantor, tapi saya diperbolehkan memakai studio untuk salat. Begitu juga dengan Lebaran. Perusahaan mengizinkan saya untuk cuti di hari raya.

Jauh dari keluarga, baik saat hari raya atau hari-hari normal, sudah pasti berat. Kesibukan kuliah dan kerja saat awal-awal kedatangan sempat membuat saya merasa depresi karena kesepian. Ditambah lagi ketika pandemi virus Corona datang.

Rasa depresi karena kesepian memang masih menjadi masalah di Korea. Kondisi ini juga yang membuat banyak kasus bunuh diri terjadi. Seseorang yang sudah mendapat tekanan sosial di luar rumah, lalu pulang ke rumah dalam keadaan sendiri, tak ada teman untuk bercerita dan lainnya.

Artikel masih berlanjut ke halaman berikutnya...

 

[Gambas:Instagram]



Ramadan & Lebaran bersama Idol dan Mint Choco di Seoul

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER