SURAT DARI RANTAU

Dua Dekade Mewujudkan Mimpi di Strasbourg

Rosita Ujianti Yordey | CNN Indonesia
Minggu, 21 Mar 2021 12:56 WIB
Seorang wanita Indonesia yang menjadi pebisnis spa dan pelukis kopi berbagi kisah mewujudkan mimpi dan berkeluarga di Strasbourg, Prancis.
Pemandangan kota Strasbourg di Prancis. (iStockphoto/Leonid Andronov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Saya percaya mimpi bisa jadi kenyataan, asal kita berusaha mewujudkannya.

Krisis ekonomi dunia pada 1997 sempat membuat saya yang baru lulus kuliah bingung hendak melamar pekerjaan di mana. Setelah menamatkan bangku S1 di Malang, akhirnya saya memutuskan untuk pulang kampung ke Bali.

Kondisi perekonomian yang tidak pasti tak membuat saya gentar. Saya justru mengambil kursus kecantikan dengan harapan bisa melanjutkan karier di bidang spa. Beruntung ada banyak kelas yang bisa diambil di sini. Lulusannya juga bisa dengan mudah magang atau menjadi karyawan salon atau hotel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah beberapa tahun berkarier sebagai staf pusat spa di salah satu jaringan hotel dunia yang ada di Bali, saya memberanikan diri melamar pekerjaan di Maldives. Karena pernah punya pengalaman bekerja di resor, rasanya tak terlalu sulit untuk menyesuaikan diri di sana.

Tahun 2001, ketika perekonomian dunia mulai membaik, saya mulai menghitung tabungan. Ah, rasanya cukup untuk pelesir ke Prancis, begitu pikir saya. Negara dengan ikon Menara Eiffel itu memang sudah lama menjadi destinasi wisata impian saya.

Sebagai penggemar seni sejak kecil, rasanya hati sangat membuncah begitu memikirkan bisa mendatangi museum-museum sampai memandangi bangunan-bangunan kuno di sana.

Hingga akhirnya pada 2002 saya menikah dengan orang Prancis. Namun sayangnya kami harus berpisah.

Pada 2012 saya menikah lagi dengan pria yang juga asal Prancis. Momen pertemuan kami cukup unik. Ketika itu saya sedang menari Bali untuk sebuah acara di kebun milik keluarganya, untuk acara seorang warga Indonesia.

Kami lalu bermukim di Strasbourg, kota dekat perbatasan Prancis-Jerman yang juga disebut kota parlemen. Jarak ke Paris sekitar 2 jam 20 menit dengan perjalanan kereta cepat.

Saat ini kami sudah memiliki anak laki-laki yang berusia enam tahun. Puji syukur, tempat spa saya juga semakin berkembang.

Selain mengurus bisnis, saya juga punya kesibukan lain berupa melukis dengan bahan kopi. Ya, kopi yang biasa di minum. Hobi melukis sebenarnya sudah ada sejak kecil, bahkan guru kesenian di sekolah mendukung semangat seni saya. Namun, tidak demikian dengan orang tua. Mereka masih merasa anak gadis yang kuliah di jurusan seni kurang cerah masa depannya.

Begitu sudah punya usaha, punya gaji sendiri, dan punya banyak waktu luang, hobi melukis kembali saya lakukan. Selain bahannya yang untuk, teknik melukis saya juga katanya membuat orang tercengang. Karena sebelum menggoreskan tangan yang sudah dilumuri kopi ke atas kanvas, saya harus berdiam diri sesaat sebelum kemudian seakan berada di dunia lain seperti sedang kesurupan.

Lukisan karya Rosita Ujianti Yordey yang berjudul 'Jardin Sauvage (Taman Liar)'.Lukisan karya Rosita Ujianti Yordey yang berjudul 'Jardin Sauvage (Taman Liar)'. (Arsip Rosita Ujianti Yordey)

Teman saya, Dr Yudha Bantono, yang pertama kali melihat potensi tersebut. Hingga saat ini saya semakin percaya diri untuk menekuninya, bahkan sudah beberapa kali pameran di villa asosiasi parlemen dan hotel berbintang di Strasbourg atas bantuan dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Paris, Bapak Profesor Doktor Warsito. Lukisan-lukisan saya juga banyak yang sudah laku terjual.

Jujur saja, sebelumnya saya tak berekspektasi jadi pebisnis spa sekaligus pelukis. Untuk kegiatan yang kedua, saya juga tak menyediakan waktu khusus untuk melakukannya. Jika sedang ingin, maka melukis. Jika tidak, jangan dipaksa. Tapi momen yang pas biasanya menghasilkan lukisan yang menurut saya lebih bermakna.

Dua Dekade Mewujudkan Mimpi di Strasbourg

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER