Jakarta, CNN Indonesia --
Penyakit mukormikosis mendadak ramai jadi perbincangan. Penyakit satu ini banyak menyerang sejumlah penyintas Covid-19 di India.
Tak main-main, hingga saat ini angkanya bahkan mencapai 9.000 kasus sejak mulai menyerang pada Mei lalu. Sebanyak 50 persen dari pasien mukormikosis bahkan dilaporkan meninggal dunia.
Meski terbilang sebagai penyakit langka, namun mukormikosis bisa berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Mukormikosis?
Murkormikosis merupakan infeksi jamur sistemik yang disebabkan jamur golongan Mucormycetes, seperti Rhizopus spp, Mucor spp, Rhizomucor spp, Cunninghamella bertholletiae, Apophysomyces spp, dan Lichtheimia.
Penyakit satu ini terbilang langka. Tak hanya di India, penyakit ini juga dilaporkan di dunia dengan jumlah kasus total diperkirakan mencapai 171.504.
Sementara di Indonesia, penyakit ini juga pernah ditemukan sebelum pandemi Covid-19. Meski jumlahnya tidak banyak, tetapi angka kematian dan kesakitannya terbilang tinggi.
"Jumlahnya tidak banyak. Mungkin kalau dikumpulkan dari seluruh Indonesia selama satu tahun itu tidak sampai 50 kasus," ujar dokter spesialis pulmonologi dan respirasi, Anna Rozaliyani, dalam webinar bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Kamis (3/6).
Kendati jumlah kasus terbilang sedikit jika dibandingkan penyakit lain, namun mukormikosis bisa berakibat fatal. Angka kematian pada pasien mukormikosis berada pada 46-96 persen.
"Hampir 100 persen tidak tertolong, apalagi jika kondisi pasien sudah sangat berat dan ada faktor risiko yang memperburuk kondisinya," ujar Anna.
Salah satu yang menjadi ciri khas dari mukormikosis adalah gejala klinis yang berkembang dengan cepat. "Tidak hitungan minggu. Hari ini dan besok [gejala] bisa sudah berbeda," tambah Anna.
 Ilustrasi. Mukormikosis merupakan infeksi jamur yang langka namun mematikan. (AFP/NOAH SEELA) |
Pasien mukormikosis perlu ditangani secara cepat dan tepat. Jika penanganan terlambat, maka pasien terancam tak bisa diselamatkan.
"Jadi, kalau penanganannya terlambat, [pasien] tidak tertolong. Biasanya, [pasien] sering datang terlambat," ujar Anna.
Bagaimana Penularan Mukormikosis?
Mukormikosis terjadi melalui kontak dengan spora atau elemen terkecil jamur dari lingkungan seperti tanah atau bahan-bahan organik yang membusuk.
Elemen jamur yang sangat kecil itu dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran napas (terhirup dari udara), luka, atau tertelan tanpa sadar.
Pada orang dengan daya tahan tubuh yang kuat, spora jamur yang tak sengaja terhirup bisa dilenyapkan oleh sistem imun. Namun, jika daya tahan tubuh lemah atau memiliki faktor risiko lain, jamur akan terus masuk dan menimbulkan infeksi.
"Pada kasus jamur yang masuk melalui saluran napas, terkadang sistem kekebalan tubuh tidak berhasil melawan jamur di saluran napas atas. Jadi [jamur] terus masuk ke bawah," jelas Anna.
Sebagian besar kasus mukormikosis menyebar secara sporadis di sejumlah wilayah. Namun, hingga saat ini, belum ada bukti yang memperlihatkan kemungkinan penularan mukormikosis antar-manusia, ataupun dari hewan ke manusia.
Bagaimana Mendiagnosis Mukormikosis?
Mukormikosis, kata Anna, tak bisa langsung didiagnosis sekalipun ada gejala klinis yang mendukung. Perlu adanya informasi penunjang lain untuk menegakkan diagnosis.
Diagnosis mukormikosis ditentukan dengan berbagai pemeriksaan. Mulai dari memeriksa riwayat kesehatan pasien untuk menemukan faktor risiko, memperhatikan gejala, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, khususnya pemeriksaan mikologi (laboratorium jamur).
Simak penjelasan lengkap mengenai mukormikosis lainnya di halaman berikutnya.
Apa Penyebab Mukormikosis?
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, mukormikosis disebabkan oleh infeksi jamur golongan Mucormycetes. Jamur ini berada di lingkungan yang lembap dan bahan-bahan organik yang membusuk.
Ada pun beberapa kelompok yang paling berisiko mengalami mukormikosis di antaranya sebagai berikut.
1. Pasien diabetes, terutama dengan kondisi ketoasidosis diabetikum.
2. Pasien kanker dan penerima transplantasi organ.
3. Pasien dengan kondisi neutropenia berkepanjangan. Neutropenia sendiri merupakan kondisi saat jumlah sel neutrofil atau sel darah putih menurun, yang menyebabkan tubuh sulit melawan patogen jahat.
4. Penderita hemokromatosis atau orang-orang yang mengalami kelebihan zat besi.
5. Bayi dengan berat badan lahir rendah atau prematur.
6. Orang dengan cedera atau luka pada kulit.
7. Pasien sakit berat atau kondisi kritis yang menerima pengobatan kortikosteroid atau pengobatan lain yang bisa menurunkan imunitas.
8. Pasien gagal ginjal atau yang menjalani hemodialisis.
9. Pasien HIV, pengguna narkoba jenis suntikan, dan kondisi imunokompromi lain.
Apa Saja Gejala Mukormikosis?
Tanda klasik dari mukormikosis sendiri adalah timbulnya kematian jaringan atau nekrosis yang muncul dengan sangat cepat akibat invasi jamur yang merusak pembuluh darah dan menyebabkan gumpalan darah atau trombosis.
Selain itu, mukormikosis juga ditandai oleh kelainan jaringan berwarna hitam atau yang biasa disebut black eschar. "Ini [black eschar] yang harus diwaspadai," tambah Anna.
Di luar itu, gejala mukormikosis akan bergantung dari lokasi tubuh yang mengalami infeksi. Anna menyebut, berdasarkan lokasinya, mukormikosis sendiri terbagi ke dalam lima jenis.
1. Mukormikosis rhinoserebral (rongga hidung)
Mukormikosis ini paling banyak ditemukan di India. Biasanya terjadi pada pasien diabetes dan transplantasi ginjal.
Gejala klinis:
- wajah bengkak satu sisi
- sakit kepala
- hidung tersumbat
- demam
- lingkaran hitam atau black eschar pada bagian hidung atau mulut atas
2. Mukormikosis paru
Mukormikosis ini paling sering menyerang pasien kanker dan transplantasi organ.
Gejala klinis:
- demam
- batuk
- nyeri dada
- sesak napas
- tak membaik dengan terapi standar
3. Mukormikosis saluran cerna
Mukormikosis ini menyebabkan kematian jaringan pada saluran cerna usus. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak, terutama bayi prematur penerima obat antibiotik sistemik dan steroid.
Gejala klinis:
- sakit perut
- mual
- muntah
- pendarahan saluran cerna
4. Mukormikosis kulit
Sesuai namanya, mukormikosis ini menyerang area kulit.
Gejala klinis:
- lecet atau bisul
- area yang terinfeksi jadi kehitaman
- nyeri
- kemerahan berlebih
- bengkak sekitar luka
5. Mukormikosis diseminata
Kondisi ini terjadi saat infeksi menyebar melalui aliran darah dan memasuki organ lain termasuk otak, limpa, jantung, dan lain-lain. Mukormikosis diseminata biasanya terjadi pada pasien dengan kondisi sakit berat.
Pasien dengan infeksi pada otak dapat mengalami perubahan status mental atau bahkan mengalami koma.
Simak pencegahan dan bagaimana mukormikosis pada pasien Covid-19 di halaman berikutnya.
Bagaimana Pencegahan Mukormikosis?
Mukormikosis dapat dicegah dengan beberapa cara. Selain menitikberatkan pada ketelitian dokter dalam mendiagnosis, masyarakat umum juga bisa melakukan beberapa cara berikut.
1. Membatasi konsumsi obat yang berpotensi menurunkan imunitas, termasuk kortikosterid, anti-interleukin, dan lain-lain.
2. Pasien diabetes harus mengontrol kadar gula darahnya.
3. Menjaga kebersihan lingkungan. Waspadai pertumbuhan jamur pada dinding ruangan yang disebabkan kebocoran.
Mukormikosis juga bisa dicegah dengan memperhatikan faktor lingkungan, seperti berikut.
1. Menghindari area dengan banyak debu. Jika terpaksa datang ke area berdebu, maka gunakan masker khusus.
2. Menghindari kontak langsung dengan bangunan yang rusak karena air, banjir, dan bencana alam.
3. Menghindari aktivitas kontak dekat dengan tanah atau debu. Atau, gunakan alat pelindung diri saat berkebun seperti memakan celana dan baju panjang, sarung tangan, dan lainnya.
4. Membersihkan luka, terutama jika terpapar tanah atau debu.
5. Menghindari konsumsi obat tanpa resep dokter. Beberapa menemukan, kebiasaan konsumsi kortikosteroid secara bebas bisa meningkatkan risiko mukormikosis.
Bagaimana Mukormikosis pada Pasien Covid-19?
Seperti diketahui, lonjakan kasus mukormikosis di India terjadi seiring tsunami Covid-19 yang melanda negara tersebut. Mukormikosis memang mengancam para penyintas Covid-19.
Anna mengatakan, mukormikosis biasanya terjadi pada pasien Covid-19 bergejala berat atau yang harus menjalani perawatan di rumah sakit.
"Pada pasien derajat berat, terjadi gangguan sistem kekebalan tubuh serius yang berisiko infeksi jamur sistemik," jelas Anna.
 Ilustrasi. Mukormukosis umumnya terjadi pada pasien Covid-19 bergejala berat. (iStockphoto/oonal) |
Pada kondisi tersebut. sistem kekebalan tubuh akan terganggu secara signifikan sehingga tubuh pasien tak sanggup mengusir jamur. Tak hanya itu, sistem imunitas juga bisa mendadak lumpuh.
Temuan kasus mukormikosis juga bisa ditemukan meski pasien telah dinyatakan negati. "Kita harus ingat bahwa pemulihan Covid-19 butuh waktu, sehingga risiko penyakit jamur tetap harus diwaspadai," ujar Anna. Pasalnya, meski telah dinyatakan negatif, namun penyintas umumnya belum pulih sebenuhnya.
Mukormikosis pada pasien Covid-19 umum terjadi karena beberapa kondisi berikut.
1. Gangguan sistem imun, sehingga tubuh tak bisa mengeliminasi jamur yang masuk.
2. Penyakit komorbid diabetes dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol.
3. Pemberian kortikosteroid dalam waktu lama.
4. Penggunaan obat anti-inflamasi, seperti tocilizumab.
5. Peningkatan kadar ferritin dalam tubuh.
6. Kemungkinan munculnya sumber infeksi dari lingkungan sekitar pasien, maupun kontaminasi jamur pada fasilitas atau peralatan di rumah sakit.
Mukormikosis juga tak bisa dianggap enteng pada pasien Covid-19. Anna mengatakan, mukormikosis berpotensi menimbulkan komplikasi yang bisa memperberat kondisi pasien dan meningkatkan risiko kematian.