Jakarta, CNN Indonesia --
Perceraian bisa membuat seseorang kehilangan sebagian harta dan pemasukannya. Agar tak terjadi masalah finansial di kemudian hari, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan.
Perceraian mungkin tak diinginkan. Tapi seiring berjalannya waktu, perceraian bisa jadi tak bisa dihindari. Pasangan mungkin menghadapi masalah yang tak kunjung ada jalan keluarnya, atau tak lagi ada kebahagiaan ketika hidup berpasangan.
Bercerai juga akan memengaruhi kondisi finansial keduanya. Selama menikah, pasangan suami istri yang sama-sama bekerja akan mendapat penghasilan ganda untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika salah satu pasangan tidak bekerja, tentunya pendapatan berkurang, bahkan tidak memiliki pemasukan sama sekali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar hidup tak sengsara karena bercerai, berikut tips mengelola keuangan pasca-cerai.
1. Mengenal aset pribadi
Umumnya, masyarakat Indonesia tidak melakukan perjanjian pranikah sehingga ketika bercerai seluruh aset akan menjadi milik bersama.
Oleh karena itu, ketika bercerai, maka harta benda yang diperoleh sejak menikah akan dibagi dua. Biasanya harta ini disebut harta gono-gini.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenal aset Anda dari pembagian hasil harta gono-gini tersebut.
"Buatlah daftar mengenai aset-aset yang Anda miliki lewat sebuah neraca keuangan. Simpan baik-baik bukti akan kepemilikan aset tersebut," kata Financial Educator Lifepal, Aulia Akbar, melalui keterangan tertulis kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
2. Bijak memakai harta gono gini
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andi Nugroho menyarankan bijak menggunakan harta gono-gini pasca cerai.
 Ilustrasi. Perceraian bisa membuat seseorang kehilangan harta. (Istockphoto/Ilya Burdun) |
Harta tersebut idealnya tidak seluruhnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasca-cerai. Tapi juga ditabung, atau menginvestasikan harta tersebut agar tidak habis begitu saja.
"Secara logis, setelah bercerai orang akan berpikir untuk hemat karena harta atau pemasukannya berkurang. Berhemat boleh, tapi jangan sampai stres, harta tersebut juga idealnya ditabung kembali," kata Andi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (9/6).
3. Mengelola pengeluaran dengan baik
Pasangan biasanya akan menerapkan sistem penggabungan pendapatan atau joint income saat menikah. Jika bercerai, maka tentunya pemasukan akan berkurang sementara pengeluaran bisa jadi tetap.
"Atur baik-baik pengeluaran dengan menyusun laporan ke kas pribadi," kata Aulia.
Aulia menyarankan untuk mengelola pengeluaran dengan baik. Membagi pendapatan untuk dana sehari-hari, dana darurat, dan dana proteksi agar pengeluaran tak melebihi pemasukan.
4. Berhati-hati dengan utang
Utang bisa jadi masalah besar dalam pernikahan. Pasutri bisa saja sudah mengajukan utang untuk membeli aset saat masih menikah. Jika demikian, maka utang tersebut sebaiknya diselesaikan dengan harta bersama yang ada sebelum dibagi dua kepada masing-masing pasangan.
Mengajukan utang pasca-cerai tak disarankan, apalagi jika Anda belum memiliki pemasukan tetap.
5. Miliki asuransi jiwa
Perceraian tak mengubah status legal seorang anak. Ingat bahwa anak akan tetap menjadi ahli waris sah Anda.
Maka dari itu, pasangan yang bercerai tetap wajib memiliki asuransi jiwa. Asuransi ibarat pelindung terhadap risiko finansial yang bisa saja muncul di masa depan.
"Uang pertanggungan dari asuransi jiwa bisa dimanfaatkan anak Anda untuk membiayai hidupnya, atau membayar segala proses balik nama aset yang Anda wariskan di kemudian hari," kata Aulia.
6. Berhemat
Tak ada yang salah dengan berhemat, kapan pun itu. Pasca-bercerai, Anda mungkin mengalami masalah karena pengeluaran tetap besar, padahal pemasukan Anda berkurang. Saat itu, Anda bisa melakukan penghematan agar keuangan kembali stabil.
"Mengurangi menghabiskan waktu di luar untuk bersenang-senang, mengajarkan anak untuk ikut membantu membersihkan rumah sehingga Anda tak perlu menyewa asisten rumah tangga, bisa dilakukan untuk berhemat," kata Andi.
Meski demikian, pastikan langkah penghematan yang dilakukan tidak membuat Anda atau anak jadi tertekan. Sesekali Anda mungkin perlu bertemu teman untuk sekedar curhat atau pergi keluar untuk rileks.
7. Kembali bekerja
Dalam kehidupan rumah tangga, bisa jadi hanya salah satu orang yang bekerja untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Salah seorang baik itu suami atau istri mungkin full time di rumah untuk mengurus anak.
Tidak ada yang salah dengan mengurus rumah tangga ketika hidup bersama. Tapi, ketika bercerai, tentunya ini akan jadi masalah karena pasangan yang tidak bekerja cenderung tidak memiliki pemasukan tetap.
"Ketika dia tidak bekerja berarti tidak punya pemasukan, artinya dia memang harus kembali bekerja. Karena enggak mungkin hidup bergantung dari harta gono gini, harus ada income yang masuk juga," tutur Andi.
Perceraian, selain mengubah status, juga akan mempengaruhi kondisi keuangan. Tapi, dengan pengelolaan keuangan yang tepat, Anda setidaknya punya bekal untuk menghadapi masalah keuangan yang mungkin datang.