Handoko juga mengatakan, banyak orang Indonesia yang cenderung mengobati penyakitnya sendiri dengan antibiotik.
Terkadang, seseorang menyimpan nama merek antibiotik yang pernah diresepkan padanya ketika sakit berobat ke dokter. Kemudian, ketika sakit kembali dengan gejala serupa, ia mengonsumsi antibiotik yang sama dengan yang diresepkan.
"Jangan mengobati sendiri hanya karena gejala penyakitnya sama, terus pakai antibiotik yang sama. Kebiasaan seperti itu yang salah," ucap Handoko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Obat antibiotik Anda mungkin diresepkan untuk diminum tiga kali sehari. Anda memang meminumnya tiga kali sehari, tapi tidak beraturan waktu. Kebiasaan keliru ini yang sering juga dijumpai di masyarakat.
Antibiotik idealnya diminum di waktu yang sama, tidak terlambat atau terlalu dini. Dokter biasanya meresepkan antibiotik diminum tiga kali sehari dengan selang waktu 6 jam.
Jika antibiotik diresepkan diminum setiap enam jam sekali, tiga kali sehari, maka atur jam minum obat Anda pada waktu yang sama setiap harinya. Misalnya minum pada pukul 9 pagi, 3 sore, dan pukul 9 malam. Ulang jadwal tersebut setiap harinya hingga antibiotik yang diresepkan habis.
Anda bisa memastikan pada dokter yang meresepkan antibiotik atau apoteker untuk memastikan selang waktu terbaik ketika minum obat.
Ada beberapa antibiotik yang sebaiknya tidak diminum dengan susu. Kandungan dalam susu bisa jadi menghambat kerja antibiotik.
"Ada beberapa jenis antibiotik yang terhambat kerjanya kalau diminum dengan susu," kata Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes, Imran Agus Nurali.
Imran mengatakan, beberapa makanan atau tindakan Anda bisa membantu kerja antibiotik agar maksimal. Misalnya, seperti minum antibiotik di saat perut kosong, atau di saat perut terisi. Minum langsung dengan air putih, atau dibuat bubuk dan dilarutkan.
Konsultasikan hal tersebut dengan dokter atau apoteker agar antibiotik bekerja optimal.
(mel/asr)