5 Hal yang Terjadi Akibat Resistensi Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang ditujukan untuk mengatasi atau mencegah infeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Konsumsi antibiotik harus sesuai petunjuk dokter. Antibiotik juga harus dihabiskan tepat waktu.
Tidak menghabiskan antibiotik yang diresepkan dapat membuat bakteri menjadi resisten (kebal). Resistensi antibiotik bisa membuat bakteri jadi lebih kuat di tubuh.
"Ada bahaya dari resistensi antibiotik ini, mulai dari sakit hingga biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan jadi lebih mahal," kata dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik dan infeksi RSUD Dr. Soetomo, Erwin Astha Triyono, dalam diskusi virtual bersama Pfizer, beberapa waktu lalu.
Berikut 5 hal yang terjadi ketika resisten antibiotik.
1. Morbiditas naik
Konsumsi antibiotik dengan cara yang salah membuat angka kesakitan (morbiditas) meningkat. Mungkin awalnya pasien hanya mengalami gejala ringan yang bisa diatasi dengan antibiotik dosis rendah, tapi kemudian menjadi berat saat sakit berikutnya.
"Kemarin hanya sakit ringan, tapi jadi sakit berat karena antibiotiknya enggak habis waktu diresepkan," kata Erwin.
Beberapa orang terkadang menghentikan penggunaan antibiotik ketika sudah merasa sembuh.
Padahal, antibiotik yang tidak dihabiskan saat diresepkan pertama kali dapat membuat bakteri tetap ada di tubuh dan bisa jadi bermutasi. Akibatnya, ketika infeksi kembali terjadi, penyakit jadi lebih parah dan antibiotik yang sama tak akan mempan.
2. Mortalitas naik
Selain angka kesakitan, tingkat kematian karena suatu penyakit juga bisa meningkat.
Erwin mengatakan, mortalitas bisa naik karena banyak orang sudah resisten terhadap antibiotik. Penyakit yang mestinya bisa dengan mudah disembuhkan oleh pemberian antibiotik kini jadi tak berguna. Sementara belum tentu ada pengobatan lain yang bisa diberikan.
Pada beberapa kasus, pemberian dosis lebih tinggi bisa jadi mengancam nyawa pasien. Terutama pada pasien dengan penyakit bawaan.