10 Penyakit Berjuluk 'Silent Killer' yang Patut Diwaspadai

CNN Indonesia
Selasa, 15 Jun 2021 20:15 WIB
'Silent killer' didefinisikan sebagai penyakit yang tak memicu gejala atau indikasi yang terlihat kentara.
Ilustrasi. 'Silent killer' didefinisikan sebagai penyakit yang tak memicu gejala atau indikasi yang terlihat kentara. (iStockphoto/MIND_AND_I)

7. Kanker kolon

Tak hanya kanker paru, diagnosis kanker usus kerap terjadi saat kanker sudah memasuki stadium lanjut. Dokter spesialis penyakit dalam Susanna Hilda Hutajulu menyebut, perlu waktu yang panjang hingga sel kanker bermanifestasi dan ganas. Namun, kini kanker kolon bisa muncul di usia muda.

Dia pun menekankan untuk dilakukan deteksi dini, terlebih pada mereka yang memiliki faktor risiko antara lain, riwayat keluarga dengan kanker, diet rendah serat, konsumsi daging merah dan olahan berlebihan, konsumsi alkohol dan merokok, serta obesitas dan gangguan metabolik.

"60 persen kematian akibat kanker kolorektal dapat dicegah dengan skrining," kata Susanna beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

8. Kanker payudara

Di Indonesia, kanker payudara memiliki reputasi sebagai salah satu kanker paling mematikan. Namun, deteksi dini akan membantu proses penyembuhan dan mencegah kematian. Tanpa harus ke fasilitas kesehatan, perempuan bisa melakukan deteksi dini dengan metode Sadari (pemeriksaan payudara sendiri).

Sadari dilakukan dengan mencermati perubahan bentuk dan permukaan kulit payudara, kemudian pada area puting pada 7-10 hari setelah menstruasi. Jika Anda menemukan perubahan sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.

Sonar Soni Panigoro, dokter spesialis bedah onkologi, menyebut ada beberapa manfaat deteksi dini kanker payudara seperti peluang sembuh dan angka harapan hidup tinggi, biaya pengobatan lebih murah, dan diagnosis jenis kanker. Kesembuhan jadi hal yang nyaris mustahil saat kanker sudah memasuki stadium lanjut bahkan menyebar ke jaringan lain.

"Di stadium metastatik agak sulit melakukan penyembuhan, tapi untuk paliatif atau untuk memperbaiki kualitas hidup pasien," ungkap Sonar beberapa waktu lalu.

9. Penyakit jantung koroner

Penyakit arteri koroner (coronary artery disease) kerap disebut penyakit jantung koroner. Mengutip dari laman CDC, penyakit jantung koroner disebabkan penumpukan plak pada dinding arteri yang menyuplai darah ke jantung dan organ tubuh lain.

Plak ini berasal dari kolesterol dan substansi lain pada arteri. Penumpukan ini akan mempersempit aliran darah lalu lama-kelamaan akan terjadi penyumbatan atau aterosklerosis.

Portrait of man sleeping and snoring loudly lying in the bedIlustrasi. Mendengkur bisa memicu obstructive sleep apnea yang bisa mengakibatkan henti napas. (Istockphoto/tommaso7)

10. Obstructive sleep apnea

Sebaiknya mulai sekarang Anda tidak lagi menyepelekan kebiasaan mengorok atau mendengkur. Bahkan, praktisi kesehatan tidur, dokter Andreas Prasadja kerap menemukan anggapan bahwa mengorok berarti seseorang tidur dengan nyenyak.

Justru mengorok bisa mengakibatkan obstructive sleep apnea (OSA) yakni gangguan tidur yang mengakibatkan henti napas. "Menurut sebuah penelitian, prevalensi OSA di Indonesia diperkirakan sekitar 17 persen. Sangat penting untuk menyadari bahwa ketika Anda terus mendengkur, itu bukan tanda tidurnya nyenyak," tutur Andreas lewat sebuah pernyataan resmi.

OSA ditandai dengan gangguan atau henti napas berulang sepanjang tidur sehingga oksigen gagal masuk paru-paru. Selain itu, OSA juga ditandai dengan tersedak atau napas tersengal saat tidur, dengkuran keras dan permanen, lelah berlebih, dan konsentrasi buruk di siang hari.

(els/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER