Fatty liver disease atau perlemakan hati berarti penumpukan lemak di organ hati. Dalam dunia medis, perlemakan hati juga dikenal sebagai hepatic steatosis.
Biasanya, orang yang mengonsumsi alkohol berlebih dalam jangka panjang berisiko mengalami perlemakan hati. Namun, tidak menutup kemungkinan perlemakan hati juga terjadi pada mereka yang tidak banyak mengonsumsi alkohol.
Dalam beberapa kasus, orang merasa aman dari perlemakan hati karena tidak banyak bersentuhan dengan alkohol. Mengutip dari WebMD, perlemakan hati pada nonkonsumen alkohol kemungkinan bisa terjadi akibat faktor genetik, yang disertai faktor-faktor lain seperti obesitas, kadar kolesterol tinggi, usia lanjut, sleep apnea, hipotiroidisme, malnutrisi dan penurunan berat badan secara drastis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika tidak mendapat penanganan yang tepat, perlemakan hati akan menimbulkan komplikasi antara lain penumpukan cairan pada abdomen, pembengkakan pembuluh darah esofagus yang bisa pecah, kanker hati, dan gagal hati (liver failure).
Tubuh ditopang oleh susunan tulang yang terus-menerus rusak tetapi ada tulang-tulang baru yang siap menggantikan. Namun, jika seseorang mengalami osteoporosis, tulang rusak lebih cepat daripada proses perbaikannya. Tulang jadi kurang padat dan mudah keropos.
Mengutip dari Healthline, osteoporosis membuat tulang rentan retak dan patah. Tanpa penanganan serius, mobilitas pasien bisa sangat terbatas, rasa sakit, depresi yang kemudian menurunkan kualitas hidup.
Covid-19 begitu menakutkan, tetapi Anda tidak boleh lupa bahwa ada pembunuh-pembunuh lain yang tidak kalah menakutkan. Salah satunya kanker paru.
Pada 2018, Globocan menyebut kanker paru merupakan kanker yang paling banyak ditemukan pada pria dan wanita di seluruh dunia dibanding kanker jenis lainnya. Penyakit ini pula yang jadi penyebab utama kematian.
Data tak jauh berbeda juga ditemukan di Indonesia. Berdasar data Indonesian Cancer Information & Support Center (CISC), kanker paru jadi kanker pembunuh nomor satu dengan total 14 persen kematian.
Jenis kanker satu ini tergolong mematikan sebab sebagian besar pasien terdiagnosis pada stadium lanjut. Angka harapan hidup pasien kanker paru terbilang lebih rendah daripada pasien kanker lain yakni hanya 12 persen.