Adanya isu pembekuan darah akibat vaksin AstraZeneca tak ayal membuat banyak orang ragu. Namun, masyarakat diimbau untuk tidak terlalu khawatir dengan penggunaan vaksin tersebut.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mencatat, risiko kejadian trombosis atau pembekuan darah akibat vaksin AstraZeneca dilaporkan sangat kecil atau sekitar 3,6 kasus per 1 juta orang yang mendapatkan vaksinasi.
Bandingkan dengan angka kejadian pembekuan darah akibat Covid-19 yang dilaporkan sebanyak 207,1 kasus per 1 juta pasien positif Covid-19. Angka ini jelas lebih tinggi dibandingkan kejadian trombosis akibat vaksin AstraZeneca.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, masyarakat tak perlu khawatir. Yang perlu diingat dan ditegaskan adalah masyarakat seharusnya lebih takut pada Covid-19 daripada dengan vaksinnya," ujar dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Damay, kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/6).
Secara umum, PERKI sendiri hingga saat ini belum merekomendasikan masyarakat untuk melakukan screening pra-vaksinasi, termasuk pada orang dengan penyakit kardiovaskular.
Orang dengan komorbid penyakit kardiovaskular diperbolehkan vaksinasi dengan AstraZeneca asalkan dalam kondisi stabil, seperti rutin melakukan kontrol dan pengobatan serta tidak memiliki keluhan apa pun dalam tiga bulan terakhir.
![]() |
Hanya saja, mengingat kekhawatiran yang muncul, Vito memperbolehkan masyarakat yang ingin memeriksakan diri terlebih dahulu sebelum melakukan vaksinasi dengan AstraZeneca.
"Kalau ragu, ya, boleh saja, sih, kalau ada masyarakat yang minta periksa secara personal," ujar Vito. Masyarakat bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis kardiovaskular.
Masyarakat umum dan orang dengan komorbid penyakit kardiovaskular terkontrol diperbolehkan untuk melakukan vaksinasi dengan AstraZeneca. Hanya saja, pengecualian bagi orang dengan riwayat heparin induced trombocytopenia (HIT).
Baca juga:Daftar Gejala Corona Varian Delta |
"Yang perlu diperhatikan adalah orang dengan riwayat HIT. Ini kita mesti hati-hati," ujar Vito. Dalam rekomendasi PERKI, orang dengan riwayat HIT masuk ke dalam kelompok khusus.
HIT sendiri merupakan kondisi penurunan kadar trombosit akibat penggunaan obat heparin yang biasa digunakan untuk mengencerkan darah.
"Kalau ada [vaksin] yang lain, boleh, deh, [orang dengan riwayat HIT] pilih vaksin yang lain," tambah Vito.
Selain itu, Vito juga mengingatkan masyarakat untuk tetap berhati-hati. Masyarakat disarankan untuk memperhatikan reaksi yang timbul setelah vaksinasi, kira-kira sekitar 4-20 hari pasca-vaksinasi, atau bahkan sesaat setelah vaksinasi.
Beberapa gejala yang perlu diperhatikan di antaranya:
- sakit perut yang parah
- bintik-bintik merah pendarahan di luar area suntik
- tanda-tanda alergi seperti gatal
- bengkak di kaki, baik kanan atau kiri
- sakit dada
- sesak napas
- pandangan terganggu
- sakit kepala hebat.
Anda yang mengalami gejala di atas pasca-vaksinasi disarankan untuk segera memeriksakan diri atau mendatangi fasilitas layanan kesehatan terdekat.
(asr)