Mereka mengangkat batu besar yang jatuh dari jalan setapak, kemudian menyekop puing-puing batu kapur ke dalam gerobak dorong untuk membuka ruang bagi jalan batu baru.
Yahya (29) mengoleskan kain basah di batu untuk menghilangkan coretan yang ditinggalkan selama konflik.
"Kami akan membuatnya lebih indah dari sebelumnya," katanya, sembari menyeka keringat yang mengucur dari dahinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dekatnya, di sisi ngarai sepanjang 500 meter yang berkelok-kelok menuju biara Saint Taqla, tulisan Arab dan coretan lain masih terlihat, semua ditulis dengan cat merah.
Pemberontak dan jihadis yang terkait dengan Al-Qaeda merebut Maalula pada musim gugur 2013, memaksa sebagian besar penduduk Kristennya mengungsi.
Afiliasi Al-Qaeda Suriah saat itu menculik 13 biarawati dari biara Saint Taqla. Mereka dibebaskan dalam pertukaran tahanan dengan pihak berwenang Damaskus pada Maret 2014.
Pasukan rezim merebut kembali Maalula pada bulan berikutnya.
Namun bertahun-tahun kemudian, banyak dari 6.000 penduduk kota yang sebagian besar beragama Katolik Yunani belum kembali, dan begitu pula wisatawan domestik dan mancanegara.
Wali kota desa, Ibrahim al-Shaer mengatakan ngarai itu sempat menjadi objek wisata yang sangat populer.
Tapi selama konflik, "ngarai itu kumuh, dikotori dengan sisa-sisa perang, dan dindingnya dirusak oleh grafiti," katanya.
Yussef Ibrahim, wakil gubernur provinsi Damaskus, dibesarkan di Maalula.
Dia ingat hari-hari ketika diplomat dan pejabat asing yang berkunjung terlihat sangat mengagumi desa kuno ini.
"Orang-orang biasa datang ke gua Maalula untuk berdoa dan mencari obat untuk penyakit mereka," katanya.
"Saya akan jauh lebih bahagia ketika saya melihat mereka semua kembali."
Baca juga:FOTO: Monumen yang Hilang dari Sejarah |