Fenomena pembelian barang secara besar-besaran (panic buying) terhadap susu beruang beberapa waktu belakangan cukup menghebohkan.
Ada keyakinan di tengah masyarakat bahwa susu ini mampu memulihkan atau menyembuhkan seseorang yang terkena Covid-19.
Ahli gizi dari Universitas Airlangga, Stefania Widya Setyaningtyas, menuturkan bahwa susu bukan satu-satunya sumber pangan yang bisa memenuhi kebutuhan zat gizi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika Anda tidak bisa minum susu atau tidak tersedia susu untuk memenuhi zat gizi, [ini] dapat diganti dengan sumber gizi lain misal, tahu, tempe, daging, kacang-kacangan," kata Stefania seperti dikutip dari rilis pers yang diterima CNNIndonesia.com, Jumat (9/7).
Di samping itu, jika tujuan Anda minum susu adalah untuk meningkatkan sistem imun, hal ini perlu diluruskan. Stefania berkata susu tidak bisa meningkatkan imun tubuh.
Sistem imun tubuh sudah memiliki plot atau template kerja sendiri sehingga yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan kinerja sistemnya.
Sementara itu, konsumsi vitamin C sebanyak apapun tidak akan memiliki dampak apa-apa kalau tubuh tidak sedang menderita infeksi.
Vitamin C, lanjutnya, memiliki kapasitas sebagai antioksidan yang dapat membantu meringankan peradangan dengan membuang sisa-sisa perlawanan sel imun tubuh.
"Konsumsi vitamin C dosis tinggi ketika menderita infeksi dapat menguntungkan, tapi jika tidak dalam kondisi infeksi sebenarnya sebanyak apa pun vitamin C yang dikonsumsi tidak akan berdampak apa-apa," katanya.
Tubuh sudah memiliki mekanisme untuk mengatur kadar vitamin C dalam darah. Dia berkata, perempuan dewasa memerlukan vitamin C sebanyak 75 miligram per hari, sedangkan laki-laki dewasa memerlukan 90 miligram per hari.
Anda dapat memperoleh vitamin C cukup dari konsumsi sayuran dan buah-buahan.
"Vitamin C dapat kita peroleh dengan konsumsi 1 buah jambu biji sedang atau jambu monyet, 1 buah pisang sedang, setengah iris buah pepaya dan 1 buah mangga sedang," imbuhnya.
Sementara, kelebihan konsumsi vitamin C hanya akan dibuang tubuh, bahkan mungkin justru berdampak buruk.
"Pemberian vitamin C lebih dari 2.000 miligram per hari dapat mengakibatkan intoksikasi [keracunan] vitamin C. Konsumsi berlebihan dapat mengakibatkan efek samping seperti mual, nyeri ulu hati, hingga diare," kata Sharifah Shakinah, dokter spesialis penyakit dalam sekaligus Staf Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI-RSCM, saat dihubungi CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Berikut batas tertinggi asupan vitamin C harian berdasarkan usia, seperti dilansir Medical News Today:
- 400 miligram untuk usia 1-3 tahun
- 650 miligram untuk usia 4-8 tahun
- 1.200 miligram untuk usia 9-13 tahun
- 1.800 miligram untuk usia 14-18 tahun