Aktif di Media Sosial tapi Masih Kesepian, Wajarkah?
Panndemi Covid-19 membuat orang perlu membatasi interaksi secara langsung demi mencegah penyebaran virus corona.
Pilihan aktif di media sosial lantas banyak dilakukan oleh sebagian besar orang untuk sekadar mengetahui kabar orang sekitar serta mengisi waktu luang.
Kendati demikian, tak sedikit yang masih tetap merasa kesepian. Wajarkah?
Psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia, Inez Kristanti, menganggap wajar bila Anda masih merasa kesepian usai memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi dengan teman atau kerabat di sela kegiatan sehari hari-hari Anda.
"Tidak apa-apa kalau main media sosial tetapi tetap merasa kesepian, saya rasa itu hal yang bisa dipahami," ujarnya, seperti dikutip Antara.
Menurut Inez, ini terjadi karena terkait kualitas interaksi yang hasilnya tak bisa setara saat berkomunikasi dengan orang lain secara tatap muka.
Dia mengatakan, berinteraksi melalui teknologi seperti media sosial bahkan bisa menjauhkan yang dekat dan malah mendekatkan si dia yang jauh.
"Di media sosial walau kita berinteraksi dengan orang, kualitasnya tidak bisa disetarakan dengan hubungan personal," kata Inez
Meski demikian, dia mengatakan tak ada salahnya tetap memanfaatkan teknologi untuk menyapa atau menanyakan kabar orang-orang terdekat di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
"Pastikan setiap harinya selain menggunakan media sosial, kita juga memiliki waktu untuk berinteraksi dengan orang lain. Tidak harus face to face karena di masa pandemi bisa Zoom call dengan grup teman-teman atau menanyakan kabar keluarga," ujarnya.
Terlepas dari manfaat yang dihadirkan media sosial, seperti terhubung dengan orang lain dan memiliki akses mudah ke informasi, sebenarnya ada sejumlah kerugian darinya.
Sebagaimana dilansir Psychology Today, sebuah studi tentang interaksi media menunjukkan berkomunikasi melalui Facebook mungkin memiliki implikasi negatif untuk kesejahteraan sehingga merusak keadaan afektif pengguna dan meningkatkan kecemburuan.
Agar ini tak terjadi, ahli dari Faculty of the William Alanson White Institute's Division, David Braucher menyarangkan untuk menggunakan media sosial secara bijak, salah satunya membatasi jumlah waktu yang pengunaan menjadi setengah dari biasanya.
Sementara untuk anak-anak dan remaja solusinya bukan mencegah mereka menggunakan media sosial.
Menurut psikolog dari Florida Atlantic University, Yamila Lezcano, orang tua dan pendidik perlu ikut serta mengajari anak-anak dan remaja tentang perilaku yang pantas selama bermedia sosial sembari menjelaskan potensi efek positif dan negatifnya.
(antara/agn)