Psikolog: Patriaki Buat Lelaki Malu Lapor Kekerasan Seksual

CNN Indonesia
Sabtu, 04 Sep 2021 12:09 WIB
Psikolog Zoya Amirin menilai budaya patriarki yang di Indonesia membuat laki-laki malu melaporkan kekerasan seksual yang dialaminya.
Psikolog Zoya Amirin menilai budaya patriarki yang di Indonesia membuat laki-laki malu melaporkan kekerasan seksual yang dialaminya.(Foto: Istockphoto/Zephyr18)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus kekerasan seksual selalu diidentikkan dengan perempuan yang ada di posisi korban dan laki-laki sebagai pelakunya. Namun, kenyataannya kekerasan seksual tak memandang gender, justru banyak juga laki-laki yang mengalami kekerasan seksual, seperti kasus pelecehan di KPI.

Kasus kekerasan seksual di KPI merupakan satu dari sedikit korban yang berani mengungkapkan kekerasan yang dialaminya.

Banyak laki-laki yang mengalami kekerasan seksual justru enggan melaporkannya ke pihak yang berwenang. Bahkan, untuk bercerita saja mereka tak mau karena khawatir dengan stigma di masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makanya tak sedikit yang mengalami depresi dan berakhir bunuh diri," kata Psikolog dan pakar seksolog, Zoya Amirin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (3/9).

Penolakan untuk melaporkan kekerasan seksual yang dialami para lelaki ini tak lepas dari budaya patriarki yang telah mendarah daging di Indonesia. Kata Zoya, masyarakat kadung menyisipkan lelaki sebagai orang kuat yang tak mungkin dilecehkan secara seksual.

Jika ada yang mengaku dilecehkan, bukan pertolongan yang didapat. Mereka akan dipandang sebelah mata bahkan dianggap memiliki perilaku seksual yang menyimpang.

"Dianggap lemah, dicemooh, dianggap gay. Padahal kekerasan seksual tidak pandang bulu. Laki-laki juga banyak yang mendapat perlakuan ini," kata dia.

Zoya juga menjelaskan, kekerasan seksual tak melulu soal pemerkosaan atau penetrasi yang dilakukan secara paksa. Kekerasan seksual bisa berupa hinaan yang berbau seksual hingga perilaku tak senonoh lainnya.

"Misalnya memelintir alat kelamin. Intinya tidak selalu kekerasan seksual itu pemerkosaan," katanya.

Sejalan dengan Zoya, Praktisi kecantikan, penuaan, dan seksolog, Haekal Yassier Anshari juga menyebut banyaknya kekerasan seksual terhadap laki-laki yang tak dilaporkan karena stigma di masyarakat.

Masyarakat umumnya menganggap laki-laki tidak mungkin menjadi korban, bahkan biasanya laki-laki adalah pelaku. Pemahaman ini kata dia, lahir dari sistem sosial patriarki yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam segala aspek, peran kepemimpinan, otoritas moral, hingga hak sosial.

"Contoh, laki-laki enggak boleh nangis, enggak boleh cengeng, harus kuat, rasional, jangan mau kalah," kata dia.

Padahal kata Haekal, sejatinya laki-laki juga manusia biasa yang tentu memiliki emosi dan perasaan, termasuk sedih, khawatir dan takut.

Khawatir akan stigma masyarakat inilah yang membuat laki-laki sebagai korban memendam kekerasan seksual yang mereka alami bahkan hingga bertahun-tahun.

"Dampaknya adalah trauma seksual, perubahan perilaku jadi penyendiri, takut, cemas, runtuhnya harga diri dan dampak psikologis lain," kata dia.

Dalam kasus lain, korban bahkan bisa menyalahkan dirinya atau terjadi viktimisasi saat korban melapor, di mana korban menjadi pihak yang disalahkan dan dipojokkan karena tidak bisa membela diri.

"Dan bisa saja dampak yg dialami laki-laki lebih berat ditambah dengan stigma masyarakat. Oleh karena itu laki-laki sebagai korban harus mendapatkan pendampingan psikologis selain perlindungan hak-hak hukumnya," kaya Haekal.

(tst/ptj)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER