Perang Dunia sempat menghancurkan kota-kota besar di Inggris, termasuk London. Kehancuran itu juga berdampak bagi mews. Rumah mews saat itu mulai ditinggalkan. Para pelayan pergi karena orang-orang kaya sebagai pemilik mews mulai meninggalkan rumah mereka.
Rumah mews yang terbengkalai lalu dijual kepada para pengusaha. Banyak juga mews yang ditinggalkan begitu saja. Sehingga tak jarang mews ditinggali oleh gelandangan.
Imbasnya, muncul pandangan buruk terhadap mews. Pemukiman itu diidentikkan dengan tempat yang kumuh dan dihuni pelaku kriminal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sempat ditinggalkan, mews kembali bangkit. Tahun 1960-an, mews banyak bertransformasi. Orang-orang mulai berpikir bahwa mews dapat menjadi pilihan tempat tinggal. Mews mulai banyak dibeli dan dimiliki sebagai tempat tinggal yang sah.
Mews didesain dengan praktis. Selain itu, mews juga berada di kawasan yang strategis. Karena harga jualnya selangit, kini orang kaya yang bisa tinggal di mews.
Daya tarik mews lainnya adalah letaknya yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota meskipun lokasinya berada di pusat kota.
Pembalap Formula 1 Inggris, John Surtees dan James Hunt misalnya. Ia membeli mews dengan pertimbangan desain areanya yang cocok untuk menyimpan mobil.
Mews kemudian semakin berkembang. Pemukimannya meluas, desain rumahnya semakin beragam dan menyesuaikan dengan kebutuhan penduduk modern saat ini.
![]() |
Saat ini, rumah mews lebih cenderung memiliki spesifikasi tinggi dengan pemanas di lantai bawah - di mana dulunya banyak tumpukan Jerami.
Selain itu, tinggal di rumah mews secara otomatis menjadi bagian dari komunitas "eksklusif", karena hanya beberapa orang yang menjadi tetangga plus mereka juga pasti orang berduit.
Tahun 2015, salah satu hasil survei memperkirakan sebanyak 433 mews masih berfungsi sebagai pemukiman.
Selama beberapa dekade terakhir, rumah mews telah digunakan sebagai lokasi syuting serial televisi dan film, salah satunya kediaman John Steed, agen rahasia dalam kisah komik 'The Avengers'.
(ard)