Jakarta, CNN Indonesia --
Mews adalah salah satu pemukiman ikonik di London, Inggris. Dahulu kala, area ini merupakan tempat tinggal para budak. Bahkan ruas gangnya buntu. Namun kini, pemukiman di sana berharga selangit dan menjadi incaran orang-orang berduit.
Mews biasanya ada di belakang rumah-rumah orang kaya di kota London, Inggris. Kemunculannya tercatat sejak abad ke-18.
Area gang buntu ini banyak dibangun di kawasan yang dihuni pejabat pemerintah dan publik figur kenamaan, seperti di Mayfair, Kensington, dan Marylebone.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mews biasanya ditempati oleh pelayan dan pemelihara kuda yang bekerja di rumah orang-orang kaya. Rumah tinggal di sini biasanya tidak punya jendela belakang, agar para budak tidak bisa mengintip ke rumah majikannya.
Rumah-rumah di mews pada umumnya terdiri dari dua lantai. Lantai pertama diperuntukkan sebagai kandang kuda. Lantai dua diperuntukkan untuk tempat tinggal.
Biasanya di tengah gangnya ada dua lubang; lubang air bersih dan lubang air kotor - salah satunya untuk membuang air bekas membersihkan kuda.
Kata mews sendiri diadaptasi dari bahasa Perancis yaitu muer (mew) yang berarti kandang elang dalam bahasa Indonesia.
Elang yang terlatih biasanya dikurung di dalam sangkar atau bangunan ketika mereka sedang berganti bulu, sehingga kata mew merujuk ke tempat di mana mereka dikurung. Di Inggris, kata itu kemudian digunakan juga untuk kandang kuda.
 Rumah-rumah mungil di mews. (iStockphoto) |
Pada masa pemerintahan Henry VIII, mews dibangun berfungsi sebagai kandang kuda. Nama mews tetap dipakai meskipun tak hanya mengurusi burung, melainkan kuda. Kemudian, pada masa George IV dibangunlah Royal Mews.
Tidak hanya kandang kuda, Royal Mews juga sempat berfungsi sebagai sekolah berkuda yang didirikan oleh Ratu Victoria.
Ratu Victoria mendirikan sekolah itu untuk anak-anak dari keluarga yang bekerja di Mews. Semua anak Ratu Victoria belajar berkuda di Royal Mews.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Pemukiman budak yang kini dihuni jutawan
Perang Dunia sempat menghancurkan kota-kota besar di Inggris, termasuk London. Kehancuran itu juga berdampak bagi mews. Rumah mews saat itu mulai ditinggalkan. Para pelayan pergi karena orang-orang kaya sebagai pemilik mews mulai meninggalkan rumah mereka.
Rumah mews yang terbengkalai lalu dijual kepada para pengusaha. Banyak juga mews yang ditinggalkan begitu saja. Sehingga tak jarang mews ditinggali oleh gelandangan.
Imbasnya, muncul pandangan buruk terhadap mews. Pemukiman itu diidentikkan dengan tempat yang kumuh dan dihuni pelaku kriminal.
Sempat ditinggalkan, mews kembali bangkit. Tahun 1960-an, mews banyak bertransformasi. Orang-orang mulai berpikir bahwa mews dapat menjadi pilihan tempat tinggal. Mews mulai banyak dibeli dan dimiliki sebagai tempat tinggal yang sah.
Mews didesain dengan praktis. Selain itu, mews juga berada di kawasan yang strategis. Karena harga jualnya selangit, kini orang kaya yang bisa tinggal di mews.
Daya tarik mews lainnya adalah letaknya yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota meskipun lokasinya berada di pusat kota.
Pembalap Formula 1 Inggris, John Surtees dan James Hunt misalnya. Ia membeli mews dengan pertimbangan desain areanya yang cocok untuk menyimpan mobil.
Mews kemudian semakin berkembang. Pemukimannya meluas, desain rumahnya semakin beragam dan menyesuaikan dengan kebutuhan penduduk modern saat ini.
 Rumah-rumah mungil di mews. (iStockphoto) |
Saat ini, rumah mews lebih cenderung memiliki spesifikasi tinggi dengan pemanas di lantai bawah - di mana dulunya banyak tumpukan Jerami.
Selain itu, tinggal di rumah mews secara otomatis menjadi bagian dari komunitas "eksklusif", karena hanya beberapa orang yang menjadi tetangga plus mereka juga pasti orang berduit.
Tahun 2015, salah satu hasil survei memperkirakan sebanyak 433 mews masih berfungsi sebagai pemukiman.
Selama beberapa dekade terakhir, rumah mews telah digunakan sebagai lokasi syuting serial televisi dan film, salah satunya kediaman John Steed, agen rahasia dalam kisah komik 'The Avengers'.