Dari Pasar Cikini Ampiun, saya meluncur ke Bakoel Koffie. Bisa dibilang ini salah satu kedai kopi tertua di Jakarta. Setiap foto estetik yang diunggah di media sosial pasti pernah berlatar belakang ruangan dalam atau teras kedai kopi ini.
Kedai kopi ini telah ada sejak tahun 1878, didirikan oleh seorang imigran asal China bernama Liauw Tek Soen bersama istrinya yang warga asli Indonesia.
Sebelum tenar sebagai Bakoel Koffie, kedai ini mulanya disebut Warung Tinggi yang menjual lauk pauk plus kopi. Lokasinya di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Warung nasi itu ramai didatangi pengayuh becak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 1927, Warung Tinggi semakin dikenal berkat menu kopinya. Akhirnya Liauw Tek Soen mendirikan pabrik kopi rumahan bernama Tek Soen Hoo.
Usaha Warung Tinggi semakin berkembang pesat, hingga berhasil mengekspor bubuk kopi ke Belanda.
Tahun demi tahun, pengelolaan Warung Tinggi diwariskan ke anak-anak Liauw Tek Soen, hingga akhirnya muncul kedai Bakoel Koffie di tepi jalan Cikini pada 1970.
Hingga saat ini, Bakoel Koffie punya cabang di Senopati, Bintaro, Kelapa Gading, dan Kuningan.
Siang itu saya memesan Vocado Frost Koffie. Percampuran antara jus alpukat dengan kopi yang ajib. Harganya Rp65 ribu.
![]() |
Saat ditanya apa menu yang paling sering dipesan, pelayan menjawab Americano, Espresso, Cappuccino, Piccolo, dan Latte. Kedai ini juga menyediakan menu non-kopi seperti teh dan jus buah.
Karena sudah waktu jam makan siang, saya sekaligus memesan menu Nasi Sop Iga. Harganya Rp100 ribu per porsi. Kaldunya sangat terasa.
Pukul 13.00 WIB saat itu, seorang teman menyusul saya ke Bakoel Koffie. Ia memesan segelas Vokado Frost Koffie Less (yang lebih minim kopi) dan Nasi Kebuli. Tak perlu ditanya rasanya, minuman dan makanan ini kami santap sampai ludes.
Suasana Bakoel Koffie di Cikini yang santai membuat kami betah untuk duduk berlama-lama di sana.
Karena masih pandemi, kami tak bisa ngopi lebih lama lagi di sini ini. Akhirnya kami keluar dan duduk di bangku-bangku jalan, tak jauh dari Bakoel Koffie.
![]() |
Hingga tahun 2015, ada pabrik dan toko roti Tan Ek Tjoan yang berdiri tak jauh dari Bakoel Koffie.
Saat ini, pabrik dan tokonya pindah ke kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak lagi mengizinkan keberadaan pabrik di pusat kota.
Meski demikian, gerobak sepeda Tan Ek Tjoan masih banyak ditemui di kawasan Cikini. Saat menemukan sosok abang roti yang sedang berteduh di pinggir jalan, saya langsung membeli Roti Gambang.
Roti Tan Ek Tjoan didirikan oleh Tan Ek Tjoan dan istrinya Phia Lin Nio pada tahun 1921 di Bogor, Jawa Barat. Kala itu di sana, pelanggannya kebanyakan orang Belanda.
Namun, Wakil Presiden Indonesia pertama, Bung Hatta, juga termasuk salah satu pelanggannya. Ia pernah menyuruh supirnya turun ke toko Roti Tan Ek Tjoan untuk membelikan beberapa roti demi menemaninya sepanjang perjalanan dinas di Bogor.
Baru pada tahun 1950, pabrik dan tokonya dibuka di Cikini. Hingga akhirnya usaha toko ini diwariskan ke anak cucu Tan Ek Tjoan yang kebanyakan bermukim di Belanda.
Produk pertama dan paling legendaris dari Tan Ek Tjoan adalah Roti Gambang, berupa roti yang diolah dengan gula aren. Teksturnya keras, namun begitulah adanya. Mengunyahnya seakan bernostalgia.
Jadi, saat wisata di Cikini dan bertemu gerobak Roti Tan Ek Tjoan, sempatkanlah membelinya selagi tersedia.
![]() |
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...