Wisata kuliner legendaris di Cikini saya hari itu berlanjut ke Tjanang Ice Cream. Es krim langganan Presiden Indonesia pertama, Bung Karno.
Tjanang Ice Cream bisa didapatkan di Hotel Cikini. Dulu kedainya menduduki lahan tempat penginapan ini. Salah satu petugas hotel, merangkap menjadi pelayan es krim Tjanang itu.
Saya memesan es krim Tjanang rasa kopyor dan langsung menyantapnya. Memang rasa kelapanya sangat terasa dan khas. Saat es krim itu bertemu dengan lidah, rasanya matahari yang masih terik di Cikini sore hari itu tiba-tiba bisa dikompromi. Es krim ini bisa dibeli dengan harga mulai Rp15 ribu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu ada tempat sendiri di sini, tapi sekarang tinggal begini saja, penjualannya dititipkan," ujar sang petugas hotel, yang lanjut mengatakan kalau rasa durian pun jadi favorit pembeli.
![]() |
Dari dokumentasi yang dipampang di atas pendingin es krim, terlihat masa-masa kejayaan Tjanang yang dibangun oleh Sim Fie.
Sebuah foto memperlihatkan bangunan toko besar dengan papan nama 'Tjan Njan', nama awal es krim Tjanang sebelum akhirnya "dipribumikan".
Es krim Tjan Njan bahkan sampai dipesan oleh Bung Karno untuk menjamu peserta Games of the New Emerging Forces atau Ganefo di Jakarta pada tahun 1963.
Saat ini, Tjanang Ice Cream dikelola generasi kedua dan masih terus bertahan di tengah gempuran zaman, juga bersama Ragusa dan Baltic yang cabangnya juga pelopor es krim legendaris di Indonesia.
Sore berganti malam, jalanan di Cikini semakin ramai oleh kendaraan dan pejalan kaki. Penurunan jumlah kasus virus corona di Jakarta nampaknya mulai mengembalikan kesibukan kota ini.
Tadinya saya dan teman ingin mengunjungi Megaria untuk nonton bioskop atau makan pempek legendarisnya, namun ia mendadak harus menyelesaikan tugas kantor di rumahnya.
Dia pergi pulang dan saya melanjutkan pelancongan terakhir ke Restoran Trio. Tempat makan legendaris yang sudah buka dari tahun 1947.
Awalnya saya ingin makan di Restoran Oasis, namun sayang sekali restoran legendaris itu sudah tutup dan berganti dengan restoran yang menyediakan menu mi instan dan buka 24 jam.
Restoran Trio didirikan oleh Lam Khai Tjioe, seorang imigran dari China. Restoran inj dikelola secara turun temurun. Kini, restoran itu dipegang oleh anaknya, Lam Hong Kie atau Effendy.
Sederet pejabat dan artis seperti Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo, mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok, sampai aktor Tora Sudiro menjadi pelanggan restoran ini.
"Kalau Pak Tjahjo Kumolo sebelum di PDI Perjuangan masih makan dia," kata Widodo, salah satu pelayan di Restoran Trio.
"Selama Covid sering, cuman kadang-kadang sebulan dua kali. Pesen cuman take away. Gak makan di sini," tambahnya.
![]() |
Malam itu saya memesan Lumpia Udang Ala Trio, Soup Asparagus Telor Kepiting dan es kelapa kopyor. Lumpia udangnya terasa halus dan segar. Lebih enak dicocol ke dalam saus merah asam manis.
Lalu, asparagusnya lembut dan telur kepitingnya terasa sekali. Dicampur atau tidak dengan nasi, asparagus itu tetap enak. Setelah semuanya habis, saya seruput es kelapa kopyor itu. Rasa segar mengalir ke dalam kerongkongan saya.
Para penjaga restorannya ramah. Meski saya sendiri menyantap makan, tapi suasanya terasa hangat. Usai makanan habis, saya tak langsung pulang.
Sisa-sisa waktu saya habiskan dengan berbincang-bincang dengan mereka. Ditemani suara mesin kendaraan yang hilir mudik melintasi Restoran Trio.
Aturan PPKM membuat Restoran Trio harus tutup lebih cepat, sekitar jam 20.00, sehingga saya harus segera angkat kaki dari sana.
Saat di perjalanan pulang ke rumah, saya berpikir mungkin akan kembali lagi di Cikini di akhir pekan mendatang, karena sejarah dan keriaan di kawasan itu rasanya tak bisa selesai dipahami dalam sehari.
Tentu saja wisata di Cikini bakal sangat menarik jika paket wisata walking tour (wisata jalan kaki) yang digagas Pemprov DKI Jakarta sudah tersedia, karena mengunjungi tempat bersejarah memang paling nikmat sembari mendengar langsung kisahnya.
Di tengah pandemi virus Corona, perjalanan wisata masih dikategorikan sebagai perjalanan bukan darurat, sehingga sebaiknya tidak dilakukan demi mencegah penyebaran dan penularan Covid-19, terutama di daerah yang masih minim fasilitas kesehatannya.
Jika hendak melakukan perjalanan antarkota atau antarnegara, jangan lupa menaati protokol kesehatan pencegahan virus Corona, dengan mengenakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak fisik antarpengunjung. Jangan datang saat sakit dan pulang dalam keadaan sakit.
(ard)