Jakarta, CNN Indonesia --
Saat wisata ke Ekowisata Mangrove Pomako, Mimika, Papua, turis akan melihat papan informasi bernada menggelitik di tempat wisata alam ini, yang berbunyi 'Dilarang Membawa Mantan'.
'Mantan' yang dimaksud bukan mantan pacar, tetapi barang bekas alias sampah.
Ekowisata Mangrove Pomako ialah salah satu objek wisata alam di kabupaten yang menjadi salah satu venue Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain 'Dilarang Membawa Mantan', ada juga papan informasi 'Ajakan Selingkuh', yang berupa singkatan selamatkan lingkungan hidup.
Papan informasi seperti itu tentu saja menjadi daya tarik objek wisata alam ini, terutama bagi turis yang gemar berswafoto.
Selain dengan papan informasi yang nyentrik, upaya lain untuk memanjakan para pengunjung yang doyan selfie di sini adalah dengan gantungan belasan payung warna-warni hingga pajangan berbentuk hati.
Suku Kamoro
Mengutip ANTARA pada Senin (4/10), Ekowisata Hutan Mangrove Pomako berlokasi di distrik Mimika Timur, wilayah adat Suku Kamoro, suku yang mendiami kawasan pesisir Kabupaten Mimika. Tepatnya di sisi kanan akses masuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pomako.
Berbicara tentang Mimika, memang tak bisa lepas dari Suku Kamoro, suku yang memiliki hak ulayat yang terbentang dari Potowaiburu hingga Nakai.
Pada masa silam orang Kamoro lebih dikenal dengan sebutan Mimika We.
Lokasi ekowisata mangrove itu berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat kota, yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 50 menit menggunakan kendaraan roda empat.
Perjalanan dari Timika ke lokasi ekowisata yang dikelola Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Mimika itu relatif nyaman, karena jalan yang sudah diaspal.
Sepanjang jalan hanya hutan mangrove setinggi 10-15 meter di kanan dan kiri yang terlihat sejauh mata memandang.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Hutan mangrove di Mimika memang begitu luas. Jenisnya juga beragam, ada sekitar 40 jenis mangrove. Dan khusus di kawasan ekowisata itu ada 27 jenis mangrove.
Ketika masuk ke dalam, pengunjung akan mulai mendengar suara kicauan burung sahut-menyahut. Memang di dalam kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Pomako terdapat aneka satwa yang dilindungi.
Untuk itu, di beberapa tempat juga ada papan informasi yang bertuliskan 'Dilarang Berburu Satwa/ Burung di Area Ini'.
Akses bagi wisatawan di sana hanya berupa jembatan atau titian bakau yang menggunakan material kayu besi dan saat ini terbangun hampir kurang lebih satu kilometer.
Meskipun harus melewati titian, berjalan menyusuri mangrove ini terasa segar dan nyaman karena kita bisa menghirup udara bersih yang bagus untuk pernapasan.
Untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung, Ekowisata Mangrove Pomako juga menyediakan fasilitas umum seperti gazebo, homestay, area memancing, sampai restoran.
Memasuki kawasan ini juga diwajibkan memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak untuk mencegah penularan virus corona.
Pemerintah Kabupaten Mimika menetapkan tarif untuk sekali masuk ke Ekowisata Mangrove Pomako sebesar Rp5.000 untuk anak-anak dan Rp10.000 untuk orang dewasa. Tarif masuk itu resmi dan akan masuk ke dana kas pengelolaan daerah setempat.
Tidak sebatas tempat rekreasi, ekowisata mangrove diharapkan juga sekaligus menjadi sarana edukasi mengenai keberagaman hayati juga manfaat mangrove bagi lingkungan.
Mangrove merupakan salah satu elemen penting dalam menjaga kelestarian lingkungan, terutama untuk kawasan pesisir. Hutan mangrove tersebut berfungsi menahan terjangan angin dan ombak dari laut.
Pengembangan Ekowisata Mangrove Pomako dirintis sejak 2017, tetapi pembangunan tahap pertama baru dilakukan pada tahun 2018, diawali dengan pembangunan jembatan kayu sepanjang 150 meter yang rencananya ditargetkan mencapai tiga kilometer dan menjadi titian bakau terpanjang di dunia.
Titian di Ekowisata Mangrove Pomako didesain berbentuk karaka atau kepiting bakau jika tampak dari udara. Dari perencanaan, setidaknya ada 20 fasilitas yang akan dibangun.