A TO Z

Waspada Preeklamsia, 'Silent Killer' Ibu-ibu Hamil

CNN Indonesia
Rabu, 27 Okt 2021 07:33 WIB
Ibu-ibu hamil disarankan untuk tetap waspada pada preeklamsia sekalipun catatan kehamilan terlihat berjalan normal. Apa itu preeklamsia ?
Preeklamsia menyumbang 76ribu kematian ibu dan kematian 500ribu janin di dunia tiap tahun(StockSnap/Freestocks.org)

Deteksi dini lewat biomarker sFlt-1 dan PlGF

Preeklamsia memang sulit diprediksi. Namun perkembangan riset dan teknologi di dunia medis kini memungkinkan Anda mendeteksi preeklamsia lebih awal. Solusi terbaik saat ini adalah dengan mengecek biomarker sFlt-1 (soluble fms-like tyrosine kinase 1) dan PlGF (placental growth factor).

Sebelumnya, lanjut Aditya, preeklamsia ditandai dengan tiga variabel yakni bengkak pada tangan dan kaki, kandungan protein pada urin dan tekanan darah tinggi. Seiring perkembangan riset, bengkak dan protein pada urin tidak lagi dimasukkan dalam variabel.

Bengkak pada tangan dan kaki bisa dialami ibu dengan preeklamsia maupun tidak sehingga variabel tidak spesifik. Ini juga terjadi pada protein urine.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau ada protein pada urin, itu belum tentu preeklamsia. Bisa jadi infeksi saluran kencing (ISK) dan ada protein di urin. Kalau pun protein negatif (tidak ditemukan protein pada urin), belum tentu negatif preeklamsia. Ada keadaan tensi ibu sudah tinggi, sudah preeklamsia, tapi protein negatif," jelasnya.

Biomarker sFlt-1 dan PlGF saat ini jadi standar emas deteksi dini preeklamsia. Ibu hamil dianjurkan untuk mendeteksi kemungkinan preeklamsia di usia kandungan 11-13 minggu atau bisa dilakukan di trimester 2 dan 3. Aditya berkata tes ini dilakukan layaknya tes darah pada umumnya.

Preeklamsia dideteksi dari perubahan kadar protein angiogenik sFlt-1 dan PlGF sebelum gejala preeklamsia terjadi. Rasio sFlt-1/PlGF kemudian digunakan untuk memprediksi dan mendiagnosis preeklamsia.

- Rasio >85: pathologic, preeklamsia atau disfungsi plasenta lainnya sangat mungkin terjadi.

- Rasio 38-85: intermediate, peningkatan risiko mengembangkan disfungsi plasenta dalam waktu 4 minggu.

- Rasio

Studi pada 2018 menemukan upaya pemeriksaan ini ternyata mampu menurunkan biaya kesehatan. Saat tidak ditemukan risiko preeklamsia, ibu tidak perlu dirawat berlebihan (over treatment) dan mengeluarkan biaya yang tidak seharusnya. Kemudian jika ditemukan prediksi preeklamsia, bisa ditindaklanjuti dengan menurunkan risiko preeklamsia dengan pemberian aspirin. Studi lain menunjukkan pemberian aspirin bisa menurunkan kejadian preeklamsia hingga 90 persen.

Di samping deteksi dini, upaya-upaya lain yang bisa dilakukan ibu adalah menjaga gaya hidup tetap sehat. Karena preeklamsia berkaitan dengan kardiovaskular khususnya jantung, Aditya menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan jantung.

"Gaya hidup seperti apa [untuk memperkecil risiko preeklamsia]? Sama kayak kalau kita mau jantung kita sehat misal, olahraga, membiasakan diri makan selektif, makan bukan hanya jenis makanan tapi how atau gimana makanan diolah, when atau kapan makannya, how much atau seberapa banyak juga," katanya.

(els/chs)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER