Ketar-ketir Pelaku Wisata Thailand Sambut Konsep Pelesir Premium

CNN Indonesia
Selasa, 26 Okt 2021 11:56 WIB
Pemandangan kota Chiang Mai di Thailand, salah satu destinasi backpackers yang ketar-ketir menghadapi konsep wisata premium. (iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tak hanya di Indonesia, kecemasan pelaku bisnis pariwisata mengenai konsep pariwisata premium juga ikut melanda Thailand, yang juga dikenal sebagai destinasi wisata murah, khususnya untuk kalangan backpackers.

Keresahan mengenai ide konsep wisata premium yang dicetuskan pemerintah Negara Gajah Putih pada beberapa pekan lalu dialami pelaku bisnis wisata di kota Chiang Mai.

Kota Tua di Chiang Mai Thailand adalah gang-gang dengan kuil Buddha kuno yang berdiri berdampingan dengan wisma dan hotel mewah, bar dan restoran, dan bisnis lain yang melayani jutaan turis yang biasanya berduyun-duyun ke sana.

Sekarang, sejumlah bisnis ini tutup, dan bar sebagian besar sepi di tengah larangan penjualan alkohol untuk mengekang penyebaran virus corona di negara Asia Tenggara yang sebagian besar ditutup untuk turis asing sejak Maret 2020.

Mulai 1 November, Thailand akan membebaskan karantina untuk pengunjung yang divaksinasi penuh dari 10 negara berisiko rendah dan secara bertahap lebih banyak, dalam upaya untuk menghidupkan kembali ekonominya yang terpukul - berikut dengan fokus pada wisatawan premium yang menurut pihak berwenang akan lebih bermanfaat.

"Daripada mengandalkan 40 juta wisatawan untuk menghasilkan pendapatan 2 triliun baht (sekitar Rp859 triliun), kami akan beralih fokus pada wisatawan berkualitas yang mampu belanja lebih banyak," kata Supattanapong Punmeechaow, wakil perdana menteri dan menteri energi.

"Ini akan baik untuk lingkungan dan sumber daya alam negara," katanya pada konferensi pers, menambahkan bahwa negara berharap untuk menarik sekitar 1 juta pengunjung sebelum April, tanpa menentukan bagaimana, atau siapa wisatawan yang masuk dalam kategori berkualitas.

Setelah rekor 40 juta pengunjung asing pada 2019 yang pengeluarannya mencapai 11,4 persen dari produk domestik bruto, Thailand kehilangan sekitar US$50 miliar (sekitar Rp712 triliun) dalam pendapatan pariwisata tahun lalu - penurunan 82 persen - dan hanya mengharapkan sekitar 100 ribu wisatawan tahun ini.

Tetapi ketika negara itu bersiap untuk buka kembali untuk musim ramai turis dari November hingga Maret, hotel murah dan bisnis lain yang bergantung pada backpacker dan mereka yang bepergian dengan harga murah takut ditinggalkan dengan fokus baru pada turis premium.

"Chiang Mai selalu mendapatkan semua jenis turis, jadi fokus hanya pada turis dengan pengeluaran tinggi tidak tepat - bagaimana dengan kita, bisnis yang melayani kalangan lain," kata Rachana, seorang manajer guesthouse di Kota Tua.

"Semua bisnis harus memiliki peluang yang sama ketika kami membuka kembali," katanya kepada Thomson Reuters Foundation.

Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...

Ketar-ketir Pelaku Wisata Thailand Sambut Konsep Pelesir Premium


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :