Bahaya Toxic Positivity: Sindrom Kepribadian hingga Gaslighting

CNN Indonesia
Selasa, 26 Okt 2021 16:48 WIB
Ada kalanya berpikiran positif menjadi toksik bagi seseorang. Kondisi ini dikenal dengan toxic positivity. Berikut bahaya toxic positivity.(Foto: iStock/skynesher)
Jakarta, CNN Indonesia --

Berpikiran positif baik untuk kehidupan. Namun, adakalanya berpikiran positif ini menjadi toksik atau racun bagi seseorang. Kondisi ini dikenal dengan nama toxic positivity.

Toxic positivity adalah kondisi yang memaksa seseorang untuk berusaha berbuat dan berpikir positif bagaimanapun keadaannya. Toxic positivity biasanya muncul lewat kata-kata penyemangat. Berikut beberapa diantaranya seperti:

"Jangan menangis, kamu pasti kuat."
"Bersyukur saja, di luar sana banyak yang lebih menyedihkan."
"Tenang saja enggak seburuk yang kamu pikirkan."

Ucapan toxic positivity ini bisa menjadi bumerang dan membuat orang semakin terbebani. Jika terus dibiarkan, toxic positivity dapat berbahaya. Berikut bahaya toxic positivity:

1. Tidak bisa berpikir kritis

Toxic positivity dapat membuat seseorang tak bisa berpikir dengan jernih dan kritis. Toxic positivity justru membuat seseorang berusaha keras berpikir positif, tidak menyalurkan emosi, dan tidak bisa mengendalikan diri.

2. Menyebabkan sindrom kepribadian

Toxic positiivity juga bisa menyebabkan seseorang mengalami sindrom kepribadian yang dikenal dengan Dunning Kruger Effect, Sindrom ini membuat seseorang keliru dalam menilai dirinya sendiri.

Toxic positivity membuat seseorang merasa memiliki kemampuan yang tinggi dan ekspektasi yang berlebihan. Alhasil, dia menjadi tidak bisa mengenali dirinya sendiri.

Simak bahaya toxic positivity selanjutnya di halaman berikut ini.

(ptj)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK