Negeri Naga Petir sampai Shangri-La Terakhir menjadi sebutan bagi Bhutan, negara kerajaan yang terkurung di daratan, dikelilingi oleh pegunungan Himalaya serta berbatasan dengan India dan China.
Di tengah pesona alam dan keramahan penduduk Bhutan, turis akan terkejut dengan keberadaan mural atau pajangan berbentuk penis di penjuru kotanya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk membaca sejarah destinasi setempat sebelum pelesir, sehingga kita sebagai turis bisa menghargai budaya setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi mengagungkan penis di Bhutan dimulai pada abad ke-15, dari kedatangan orang suci Tibet yang eksentrik dan maverick, atau Lama, yang disebut Drukpa Kunley.
Cerita rakyat berkisah pada saat kedatangannya, menembakkan panah dari Tibet demi menandai tempat baru untuk menyebarkan ajarannya.
Anak panah itu mendarat di dekat lokasi yang sekarang bernama Chimi Lakhang di Punakha (di mana kuilnya berdiri sekarang) dan membawanya ke Bhutan.
Saat mencari panah, dia bertemu dengan seorang gadis muda yang lalu dijadikannya pasangan. Saat ini, kuil kesuburan menampung busur dan anak panah kuno dan totem penis sebesar 10 inci yang terbuat dari gading dan kayu.
Selama perjalanan di Bhutan, Drukpa Kunley melihat para biksu sangat patuh norma-norma yang dianggapnya konvensional.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...