Misteri Hotel Terapung di Korea Utara yang Nihil Tamu

CNN Indonesia
Minggu, 14 Nov 2021 07:20 WIB
Ada banyak bangunan "ajaib" di Korea Utara, salah satunya hotel terapung yang nihil tamu.
Ada banyak bangunan

Botol wiski

Namun, cuaca buruk menjadi faktor utama yang membubarkan keriaan wisata di sini.

"Jika cuaca buruk dan Anda harus kembali ke kota untuk mengejar pesawat, helikopter tidak dapat terbang dan katamaran tidak dapat berlayar, sehingga menyebabkan banyak ketidaknyamanan," kata de Jong.

Menariknya, staf hotel tinggal di lantai paling atas, yang mana di hotel terapung adalah lokasi yang paling tidak diinginkan karena paling sering berayun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut de Jong, staf menggunakan botol wiski kosong yang digantung di langit-langit untuk mengukur kekasaran laut: ketika mulai bergoyang di luar kendali, mereka tahu banyak tamu akan mabuk laut.

"Itu mungkin salah satu alasan mengapa hotel ini tidak pernah benar-benar sukses secara komersial," katanya.

Ada masalah lain: topan menghantam struktur hanya satu minggu sebelum pembukaan, merusak kolam air tawar yang merupakan bagian dari kompleks.

Sebuah tempat pembuangan amunisi Perang Dunia II ditemukan dua mil dari hotel, ikut menakut-nakuti beberapa pelanggan.

Dan tidak banyak yang bisa dilakukan selain menyelam atau snorkeling.

Setelah hanya satu tahun, Four Seasons Barrier Reef Resort menjadi terlalu mahal untuk dijalankan, dan ditutup tanpa pernah mencapai tingkat hunian penuh.

"Hotel terapung ini lalu menghilang perhalan," kata de Jong, "Dan dijual ke sebuah perusahaan di Kota Ho Chi Minh di Vietnam."

Berlabuh di Korea Utara

Pada tahun 1989 hotel terapung memulai perjalanan keduanya, kali ini 3.400 mil ke utara.

Berganti nama menjadi Saigon Hotel -- tetapi lebih dikenal sebagai "The Floater" -- hotel ini tetap tertambat di Sungai Saigon selama hampir satu dekade.

"Hotel terapung itu menjadi sangat sukses, dan saya pikir alasannya adalah karena lokasinya tidak di antah berantah tetapi di tepi laut. Mengambang, tetapi terhubung ke daratan," kata de Jong.

Namun, pada tahun 1998, The Floater kehabisan tenaga secara finansial dan ditutup.

Alih-alih dibongkar, ia menemukan kehidupan baru yang tidak diperkirakan sebelumnya: ia dibeli oleh Korea Utara untuk menarik wisatawan ke Gunung Kumgang, daerah yang indah di dekat perbatasan dengan Korea Selatan.

"Saat itu, kedua Korea sedang mencoba membangun jembatan, mereka saling berbicara. Tapi banyak hotel di Korea Utara yang ramah turis," kata de Jong.

Setelah perjalanan sejauh 2.800 mil, hotel terapung ini siap untuk petualangan ketiganya, dengan nama baru Hotel Haegumgang.

Dibuka pada Oktober 2000 dan dikelola oleh perusahaan Korea Selatan, Hyundai Asan, yang juga mengoperasikan fasilitas lain di daerah tersebut dan menawarkan paket untuk turis Korea Selatan.

Selama bertahun-tahun, wilayah Gunung Kumgang telah menarik lebih dari 2 juta wisatawan, menurut juru bicara Hyundai Asan Park Sung-uk.

"Juga, Tur Gunung Kumgang meningkatkan rekonsiliasi antar-Korea dan menjadi titik penting untuk pertukaran antar-Korea, sebagai pusat reuni keluarga yang terpisah untuk menyembuhkan kesedihan dari perpecahan nasional," katanya.

Nihil tamu

Pada tahun 2008, seorang tentara Korea Utara menembak dan membunuh seorang wanita Korea Selatan berusia 53 tahun yang telah berkeliaran di luar batas kawasan wisata Gunung Kumgang dan masuk ke zona militer.

Akibatnya, Hyundai Asan menangguhkan semua tur, dan Hotel Haegumgang ditutup bersama dengan yang lainnya.

Tidak jelas apakah hotel ini telah beroperasi sejak saat itu, tetapi tentu saja tidak untuk turis dari Korea Selatan.

"Informasinya samar, tapi saya yakin hotel itu hanya beroperasi untuk anggota partai penguasa Korea Utara," kata de Jong.

Di Google Maps, hotel terapung itu terlihat tertambat di dermaga di kawasan Gunung Kumgang, berkarat.

Pada 2019, pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un mengunjungi kawasan wisata Gunung Kumgang dan mengkritik banyak fasilitas, termasuk Hotel Haegumgang, karena kumuh; dia memerintahkan pembongkaran banyak dari mereka sebagai bagian dari rencana untuk mendesain ulang daerah tersebut dengan gaya yang lebih sesuai dengan budaya Korea Utara.

Tapi kemudian, pandemi terjadi dan semua rencana ditunda. Tidak jelas apakah rencana untuk menghancurkan semuanya akan dilakukan dalam waktu dekat, atau tidak sama sekali.

Sementara itu, hotel terapung itu masih mengambang, warisannya masih utuh.

Hotel terapung itu menjadi kenangan, bahwa konsep hotel di tengah lautan bisa diwujudkan dan pernah sukses.



(ard)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER