Terlambat bicara atau juga disebut speech delay bisa dialami anak. Beberapa orang tua merasa khawatir saat anaknya mengalami keterlambatan bicara, karena dianggap tidak berkembang atau tumbuh dengan baik.
Seiring waktu mitos-mitos atau kepercayaan terkait keterlambatan bicara pada anak semakin berkembang dan menambah kekhawatiran orang tua. Buntutnya, ini bisa berdampak pada penanganan keterlambatan bicara anak jadi salah kaprah.
"Ada yang percaya dengan mitos-mitos ini, hingga akhirnya dibiarkan saja si anak saat terlambat bicara, kan jadinya bahaya untuk anak," kata Psikolog Anak dan Remaja Saskhya Aulia Prima, dalam webinar yang digelar Baby Happy Bodyfit, Senin (22/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut mitos dan fakta keterlambatan bicara atau speech delay pada anak menurut Saskhya.
Banyak yang percaya bahwa anak laki-laki memerlukan waktu lebih lama agar bisa berbicara dibanding anak perempuan
Faktanya, baik anak laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam hal perkembangan bicara.
"Tidak ada perbedaan untuk kedua anak dari gender yang berbeda. Jadi ketika ada indikasi terlambat bicara segera harus dibawa ke ahlinya," kata Saskhya.
Anak dipercaya perlu memproses banyak bahasa jika kedua orang tuanya menggunakan dua bahasa yang berbeda. Karena tuntutan itu, kemampuan bicara anak disebut bisa terlambat.
Faktanya, hal ini sama sekali tidak berpengaruh pada kemampuan berbicara. Menurut Saskhya, belajar dan pemaparan bahasa kedua justru memiliki banyak manfaat untuk perkembangan anak.
Sebagian orang tua masih percaya dengan menonton video bisa membantu anak belajar bahasa dan kosakata.
Faktanya, interaksi langsung adalah cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan bicara anak.
Di tengah masyarakat, ada pula kepercayaan anak yang terlambat bicara nantinya akan menyusul dengan sendirinya, seperti Albert Einstein.
Faktanya, keterlambatan bicara perlu segera ditangani agar bisa membantu perkembangan anak dengan baik.
(tst/agn)