Tiap orang tua pasti senang dan bangga saat anak mampu menghabiskan makanannya. Pada tahap pemberian MPASI, mangkuk kosong nan licin jadi momen paling ditunggu. Ada rasa lega karena jungkir balik menyiapkan menu makanan tidak sia-sia dan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi.
Akan tetapi, orang tua perlu ingat bahwa aktivitas makan bukan berdasar paksaan. Piring atau mangkuk bersih seharusnya bukan hasil paksaan orang tua.
"Peran orang tua atau pengasuh adalah menyediakan makanan sehat untuk dipilih, tetapi tidak boleh mendikte berapa banyak yang dimakan anak. Selama pilihannya sehat, memberi anak-anak pilihan makanan mana yang harus dipilih dan berapa banyak yang mereka makan, membuat mereka tetap selaras dengan isyarat rasa lapar alami mereka," kata Maggie Moon, ahli diet di Los Angeles mengutip dari Parents.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak jarang orang tua menemukan anak hanya mau makan makanan tertentu dan sulit diperkenalkan dengan jenis pangan berbeda. Karena terus rewel, orang tua terpaksa menuruti keinginan anak dengan menyediakan menu makan sesuai keinginan atau mood anak.
Sebaiknya orang tua mempertimbangkan penyajian makanan bergaya prasmanan sehingga anak memilih dari apa yang disediakan. Kenalkan menu makanan yang disukai keluarga saat makan bersama sehingga anak bersemangat makan. Di kesempatan berikutnya, coba berkenalan dengan menu baru.
Buah jelas penting buat anak untuk memenuhi kebutuhan vitamin, mineral juga serat. Orang tua harus putar otak agar anak mau mengonsumsi buah sebab tak jarang anak menolak saat diberikan buah utuh. Jus buah kadang jadi solusi dan dianggap mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
Faktanya, jus kemasan biasanya mengandung gula sangat tinggi. Ahli gizi Priya Kathpal menyarankan jika orang tua ingin memberikan jus buah buat anak, sebaiknya jus buah yang dibuat sendiri di rumah.
"Jus buah siap minum bisa mengandung gula tambahan yang berdampak negatif buat kesehatan anak. Bagaimanapun dorong anak untuk mengonsumsi buah utuh. Coba tawarkan buah dalam bentuk potongan kecil tapi tetap dalam pengawasan orang tua," kata Kathpal mengutip dari First Post.
Isu kelebihan berat badan sampai obesitas jelas jadi perhatian orang tua. Masalah berat badan bisa mendatangkan masalah-masalah kesehatan lain sehingga orang tua memilih melakukan langkah pencegahan dengan mengurangi atau menghindari asupan lemak buat anak.
Padahal tubuh tetap memerlukan lemak. Hanya saja, dikutip dari NDTV, orang tua perlu memilah lemak yang sehat dan kurang sehat. Anak tetap memerlukan lemak terutama lemak sehat yang berasal dari kacang-kacangan, biji-bijian, yogurt, keju juga daging.
Aktivitas fisik yang padat memang membuat anak memerlukan 'bekal' yang memadai. Namun, bukan berarti saat anak ada pelajaran olahraga atau aktivitas fisik lebih banyak dari biasanya, diet anak pun diubah. Orang tua menganggap anak perlu karbohidrat ekstra jelang olahraga. Padahal untuk aktivitas olahraga selama satu jam, diet harian tidak perlu ditambah.
Kondisi berbeda jika anak dalam sebuah turnamen dengan tuntutan partisipasi selama berjam-jam. Dalam situasi ini, orang tua bisa menyelipkan protein dan karbohidrat ekstra sebelum pertandingan.
Itulah sejumlah mitos seputar gizi anak yang salah kaprah.
(els/ptj)