Buntut Serangan ke Ukraina, Conde Nast-Vogue Tutup di Rusia
Perusahaan media Conde Nast sementara menutup penerbitan di Rusia menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
CEO Roger Lynch dalam sebuah memo menyebut pihaknya terus dikejutkan dan diliputi ketakutan akan kekerasan yang tidak masuk akal dan krisis kemanusiaan yang tragis di Ukraina.
"Dengan jurnalis dan tim editorial di seluruh dunia, sangat penting bagi kami untuk dapat memproduksi konten kami tanpa risiko terhadap keamanan dan keselamatan staf kami. Baru-baru ini pemerintah Rusia mengeluarkan undang-undang sensor baru yang sekarang membuat kami tidak mungkin melakukannya," jelas Lynch mengutip dari Vogue Business.
Conde Nast merupakan 'perusahaan induk' untuk sederet majalah seperti Vogue, The New Yorker, GQ, Vanity Fair, Wired, Architectural Digest (AD), Conde Nast Traveller dan La Cucina Italiana. Vogue kali pertama terbit di Rusia pada 1998. Kemudian menyusul GQ, GQ Style, Tatler, Glamour dan AD.
Penutupan penerbitan sebelumnya dilakukan perusahaan media lain seperti Reuters, Bloomberg, New York Times dan BBC.
Sementara itu, label-label mewah termasuk Chanel, Hermes, Prada, Gucci, dan grup LVMH juga memilih tutup sementara.
"Mengingat kekhawatiran kami yang meningkat tentang situasi saat ini, ketidakpastian yang berkembang, dan kompleksitas untuk beroperasi, Chanel memutuskan untuk menghentikan semenatara bisnisnya di Rusia," tulis label via akun Linkedin resminya, seperti dikutip dari Marie Claire.
LVMH yang membawahi label Christian Dior, Fendi, Givenchy, Marc Jacobs, Stella McCartney, Celine dan banyak label lain, sudah menutup 124 tokonya di Rusia. Meski toko cabang tutup, perusahaan masih menggaji 3.500 karyawannya.
Label-label fashion sebenarnya tidak termasuk dalam sanksi Uni Eropa dan Amerika Serikat. Namun label mengambil keputusan sendiri sembari memberikan donasi buat Ukraina.