Hashimoto terjadi tujuh kali lebih sering pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan bahwa hormon seks berperan dalam meningkatkan risiko hashimoto.
Selain itu, beberapa wanita juga dilaporkan mengalami masalah tiroid selama tahun pertama setelah melahirkan. Meski bisa hilang dengan sendirinya, namun sebanyak 20 persen wanita justru mengalami penyakit hashimoto setelah bertahun-tahun kemudian.
Penelitian menunjukkan, asupan yodium dapat memicu penyakit tiroid pada kelompok rentan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan kasus tiroid juga telah dilaporkan banyak terjadi pada orang-orang yang terpapar radiasi.
![]() |
Hormon tiroid sangat berperan penting agar fungsi sistem tubuh berjalan maksimal. Oleh karena itu, penyakit hashimoto yang tidak ditangani bisa menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti berikut ini.
Gondok adalah kondisi pembesaran tiroid. Gondok dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu proses menelan serta pernapasan.
Kadar tiroid yang rendah dapat menurunkan fungsi jantung. Mulai dari pembengkakan jatung hingga detak jantung yang tidak teratur.
Kondisi ini juga bisa memicu peningkatan kadar kolesterol jahat, yang menjadi salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Depresi dan gangguan kesehatan mental lainnya sangat mungkin terjadi pada awal penyakit hashimoto. Kondisi ini bisa terus berkembang menjadi lebih parah seiring waktu berjalan.
Kadar tiroid yang rendah dapat menurunkan hasrat seksual, ketidakmampuan berovulasi, dan pendarahan menstruasi berlebih pada wanita.
Hal yang sama juga bisa terjadi pada pria, yang berisiko mengalami penurunan libido, disfungsi ereksi, dan penurunan jumlah sperma.
Kadar tiroid yang rendah selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.
Tak hanya itu, bayi dari ibu yang mengalami hipotiroidisme juga bisa berisiko mengalami keterlambatan bicara dan gangguan perkembangan lainnya.
Demikian penyebab dan gejala penyakit hashimoto, beserta dengan kemungkinan komplikasi yang diakibatkan.
(asr)