Hari Bipolar Sedunia: Pasien Bipolar Tak Hidup 'Sendirian'
Dunia memperingati Hari Bipolar Sedunia setiap tahunnya pada 30 Maret. Hari ini menjadi momen untuk meningkatkan masyarakat akan gangguan bipolar, salah satu masalah kesehatan mental.
Bipolar sendiri dikenal dengan istilah manik-depresi. Dalam kondisi ini, penderitanya kerap mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem, dari yang menggebu-gebu tiba-tiba menjadi depresi.
Pada peringatan kali ini, Hari Bipolar Sedunia mengambil tema "Bipolar Together". Tema ini mengingatkan bahwa orang-orang dengan bipolar di seluruh dunia tidak hidup sendirian.
Pasalnya, survei teranyar menemukan, 77 persen orang dengan bipolar mengaku hidup terisolasi atau merasa sendiri. Sebanyak 81 persen merasa bahwa tak ada orang yang memahami apa yang mereka alami.
Hari ini juga bertepatan dengan hari lahir pelukis asal Belanda, Vincent van Gogh. Ia begitu dikenal dengan karya-karyanya yang cukup berpengaruh dan mendapatkan diagnosis gangguan bipolar.
Hari Bipolar Sedunia merupakan inisiatif dari International Society for Bipolar Disorders (ISBD) yang bermitra dengan International Bipolar Foundation (IBPF) dan Asian Network of Bipolar Disorders (ANBD).
Sebagaimana pernah diidap oleh Van Gogh, bipolar memang bukan masalah modern, bahkan telah ada sejak Yunani kuno yang dapat ditemukan dalam literatur medis dari dokter Hippocrates, yang sering disebut sebagai 'bapak kedokteran'.
Hippocrates mendokumentasikan temuannya berkaitan dengan dua suasana hati yang berlawanan, yang saat ini dikenal sebagai depresi dan mania. Deskripsi independen gangguan bipolar dipresentasikan ke Académie de Médecine di Paris pada 1854 oleh ahli saraf Prancis Jules Baillarger dan psikiater Prancis Jean-Pierre Falret.
Saat itu, istilah 'gangguan bipolar' belum diciptakan, jadi Baillarge menyebut penyakit itu sebagai 'folie bentuk ganda,' yang berarti kegilaan bentuk ganda, dan Falret menyebutnya 'folie circulaire,' yang berarti kegilaan melingkar.
Pada 1999, International Bipolar Foundation (IBPF) didirikan, dan telah meneliti gangguan bipolar serta membantu orang yang menderitanya.
Lihat Juga : |
Dilansir dari Nation Day, tim peneliti dari University of Michigan melakukan penelitian tentang gangguan bipolar yang berlangsung selama dua dekade. Mereka menemukan bahwa gangguan bipolar tidak dapat digolongkan oleh satu akar penyebab, karena sebagian besar merupakan hasil dari kombinasi faktor biologis dan lingkungan.
Hal yang pasti adalah gangguan bipolar memengaruhi suasana hati dan dapat mengakibatkan episode depresi serta kegembiraan, yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas, dan hubungan seseorang.
(tst/asr)